BEIRUT, KOMPAS TV - Israel hari Selasa, 30 Juli 2024, melancarkan serangan udara yang jarang terjadi di Beirut.
Israel mengklaim serangan ini menewaskan seorang komandan tinggi Hizbullah yang diduga bertanggung jawab atas serangan roket akhir pekan lalu yang menewaskan 12 orang muda di Dataran Tinggi Golan, wilayah yang dikuasai Israel.
Serangan di Beirut mengakibatkan sedikitnya satu wanita dan dua anak tewas, serta puluhan orang terluka.
Hizbullah belum memberikan konfirmasi mengenai kematian komandan tersebut. Serangan ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat dengan kelompok Lebanon itu.
Pejabat Israel menyebutkan target mereka adalah Fouad Shukur, seorang komandan militer senior Hizbullah yang juga dituduh oleh AS merencanakan serangan bom pada 1983 yang menewaskan marinir AS di Beirut.
Pejabat tersebut meminta agar namanya tidak disebutkan karena tidak berwenang membahas rincian serangan ini dengan media. Shukur juga diduga terlibat dalam serangan lain yang menewaskan warga sipil Israel.
Meski Hizbullah menolak terlibat dalam serangan roket di Majdal Shams hari Sabtu lalu, Israel tetap menyalahkan kelompok tersebut. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan di platform X bahwa "Hizbullah telah melewati batas."
Selama sepuluh bulan terakhir, kedua belah pihak telah saling menyerang hampir setiap hari, namun sebelumnya mereka menjaga konflik pada level yang relatif rendah untuk menghindari perang besar.
Baca Juga: Hamas Pastikan Ismail Haniyeh Dibunuh di Iran lewat Serangan Udara, Tuding Israel Pelakunya
Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, serangan di pinggiran selatan Beirut ini melukai 74 orang, beberapa di antaranya dalam kondisi serius. Para korban dibawa ke rumah sakit terdekat, dan Rumah Sakit Bahman yang berada dekat lokasi ledakan meminta sumbangan darah.
Kantor berita Lebanon melaporkan serangan dilakukan dengan drone yang meluncurkan tiga roket.
"Musuh Israel telah melakukan tindakan bodoh dengan memilih waktu dan tempat yang sangat salah untuk menyerang area sipil," kata Ali Ammar, pejabat Hizbullah, kepada Al-Manar TV. "Israel akan membayar harga untuk ini."
Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, mengecam serangan ini, menyebutnya terjadi hanya beberapa meter dari salah satu rumah sakit terbesar di ibu kota.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, belum merilis pernyataan resmi. Namun, beberapa menit setelah serangan, mereka mengirim foto Netanyahu bersama penasihat keamanan nasional dan pejabat lainnya.
Serangan udara di Haret Hreik, sebuah kawasan padat di selatan Beirut yang merupakan markas Hizbullah, merusak beberapa bangunan. Belum ada konfirmasi apakah ada pejabat Hizbullah yang terkena serangan tersebut. Pejabat intelijen militer Lebanon juga belum memberikan informasi terkait apakah ada pejabat senior Hizbullah yang selamat.
Serangan ini menghantam sebuah gedung apartemen dekat rumah sakit, menghancurkan setengah dari gedung dan merusak parah gedung yang bersebelahan. Rumah sakit mengalami kerusakan ringan, sementara jalan di sekitar lokasi dipenuhi puing-puing dan pecahan kaca.
Baca Juga: Terancam Perang Besar dengan Israel, Hizbullah Pindahkan Rudal Pintar untuk Persiapan
Warga setempat mengatakan bahwa debu ledakan menyebar ke seluruh area, dan kaca di apartemen mereka pecah. Beberapa dari mereka tampak turun ke jalan untuk memeriksa kondisi keluarga dan mengevaluasi kerusakan.
Hassan Noureddine, seorang pengendara motor yang berada dekat lokasi saat ledakan, mengatakan dia mendengar dua kali ledakan dan menyebutkan bahwa serangan tampaknya berasal dari drone, bukan pesawat tempur.
Meski ada kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut, Noureddine dan beberapa warga lainnya di daerah tersebut tetap bersemangat dan tidak terpengaruh.
Serangan terakhir Israel ke Beirut terjadi pada Januari lalu, ketika mereka menewaskan seorang pejabat senior Hamas, Saleh Arouri. Ini adalah serangan pertama Israel ke Beirut sejak perang 34 hari dengan Hizbullah pada 2006.
Para diplomat sebelumnya memperkirakan respons Israel tidak akan meluas dan tetap dalam batasan konflik skala rendah antara Hizbullah dan Israel, tanpa memicu perang besar.
Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon, Jeanine Hennis-Plasschaert, menyatakan keprihatinannya yang mendalam dan menyerukan agar ketenangan tetap terjaga.
Wakil Presiden AS Kamala Harris, mendukung hak Israel untuk membela diri dari Hizbullah, namun menekankan pentingnya solusi diplomatik untuk mengakhiri serangan-serangan ini.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.