Aref, 72 tahun, adalah reformis moderat yang pernah menjabat posisi yang sama dari 2001 hingga 2005 di bawah Presiden Mohammad Khatami. Aref memiliki gelar doktor di bidang teknik dari Universitas Stanford.
Pezeshkian menggantikan Ebrahim Raisi yang meninggal dalam kecelakaan helikopter pada bulan Mei, yang menyebabkan pemilihan presiden lebih awal.
Pezeshkian akan mengucapkan sumpah jabatan di parlemen pada hari Selasa dan memiliki waktu dua minggu untuk membentuk kabinetnya sendiri yang akan mendapat persetujuan dari parlemen.
Baca Juga: Tokoh Reformis Masoud Pezeshkian Terpilih Jadi Presiden Iran, Disebut Berkat Janjinya Ini
Dalam kampanye pemilihannya, Pezeshkian berjanji tidak akan membuat perubahan besar pada teokrasi Syiah Iran dan tetap menerima Khamenei sebagai pemimpin tertinggi.
Pezeshkian bisa mengarahkan kebijakan luar negeri Iran menuju konfrontasi atau kerja sama dengan Barat, sambil menghadapi tantangan dari kelompok garis keras dalam pemerintahan.
Pezeshkian telah mencoba menyeimbangkan antara kelompok garis keras dan reformis. Ia sering mengkritik AS tetapi memuji Garda Revolusi Iran karena menembak jatuh drone AS pada tahun 2019.
Tantangan besar yang dihadapi Pezeshkian adalah perang Israel-Hamas di Gaza dan kekhawatiran Barat tentang pengayaan uranium Iran yang hampir mencapai tingkat senjata.
Pada bulan April, Iran melancarkan serangan langsung pertamanya ke Israel terkait perang di Gaza, sementara milisi yang didukung Teheran seperti Hezbollah di Lebanon dan Houthi di Yaman meningkatkan serangan mereka.
Iran telah mengadakan pembicaraan tidak langsung dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden tentang program nuklirnya, tetapi belum ada kemajuan dalam mencabut sanksi ekonomi yang berat terhadap Teheran.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.