GAZA, KOMPAS.TV – Serangan udara Israel menghantam sebuah sekolah yang digunakan sebagai tempat pengungsian di Deir Al-Balah, Gaza bagian tengah, pada Sabtu (27/7/2024).
Serangan Israel menewaskan sedikitnya 30 orang yang berlindung di sekolah tersebut.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, korban yang tewas segera dilarikan ke Rumah Sakit Al Aqsa.
The Associated Press melaporkan situasi di dalam sekolah sangat memprihatinkan. Ruangan-ruangan kelas hancur, dan orang-orang terlihat mencari korban di bawah reruntuhan.
Beberapa orang mengumpulkan sisa-sisa tubuh korban yang tewas.
Tampak pula pemandangan tragis di sekitar rumah sakit. Ambulans melaju cepat melalui jalan berdebu dengan beberapa orang berlari ke arah berlawanan.
Seorang pria yang terluka terbaring di atas tandu di tanah, sementara di dalam ambulans, tubuh seorang balita dan orang dewasa terbungkus selimut.
Tidak hanya serangan di Deir Al-Balah, Kementerian Kesehatan Gaza juga melaporkan sedikitnya 12 orang tewas dalam serangan lainnya pada hari yang sama.
Baca Juga: Serangan Israel Hancurkan Sekolah di Gaza Tengah, 14 Orang Tewas
Baca Juga: Netanyahu Diamuk Keluarga Sandera Israel karena Tak Sertakan Gencatan Senjata di Pidatonya
Pejabat Palestina dengan keras mengutuk serangan ini, terutama setelah pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di depan Kongres AS, di mana ia menegaskan tekadnya untuk melanjutkan perang hingga mencapai "kemenangan total".
Juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rudeineh, menyatakan dukungan dari AS memberi Israel "lampu hijau" untuk melanjutkan serangan ke Gaza yang telah menewaskan lebih dari 39.000 orang sejak 7 Oktober 2023.
"Setiap kali pendudukan membombardir sekolah yang menampung pengungsi, kami hanya melihat kecaman dan pernyataan yang tidak memaksa pendudukan (Israel) untuk menghentikan agresi berdarah ini," ucap Abbas.
Sementara militer Israel kembali berdalih serangan ke sekolah tersebut ditujukan pada pusat komando Hamas yang diduga digunakan untuk menyimpan senjata dan merencanakan serangan terhadap pasukan Israel.
"Militan menggunakan kompleks tersebut sebagai tempat persembunyian untuk merencanakan dan mengarahkan banyak serangan terhadap pasukan IDF (militer Israel) serta menyimpan sejumlah besar senjata di dalamnya," bunyi pernyataan resmi militer Israel, dikutip Associated Press.
Baca Juga: Pidato Netanyahu di Kongres AS: Israel akan Bertarung dengan Hamas Hingga Kemenangan Total
Serangan tersebut dilancarkan sehari sebelum pejabat dari Amerika Serikat, Mesir, Qatar, dan Israel dijadwalkan bertemu di Italia untuk membahas negosiasi gencatan senjata.
Menurut pejabat AS dan Mesir yang tidak bersedia disebutkan namanya, Direktur CIA Bill Burns dijadwalkan bertemu Perdana Menteri Qatar Mohammed Bin Abdul Rahman al-Thani, Direktur Mossad David Barnea, dan Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamel pada Minggu (28/7/2024).
Sebelumnya, militer Israel memerintahkan evakuasi sebagian zona kemanusiaan di Gaza menjelang serangan yang direncanakan di Khan Younis pada Sabtu.
Perintah evakuasi ini menyusul tembakan roket yang diluncurkan dari wilayah tersebut.
Zona kemanusiaan, yang mencakup area seluas 60 kilometer persegi itu telah menjadi tempat pengungsian bagi ribuan warga Palestina sejak Israel melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023.
Namun, evakuasi ini memperburuk kondisi kesehatan dan sanitasi di wilayah tersebut, dengan banyak pusat kesehatan terpaksa berhenti beroperasi karena blokade Israel.
Situasi semakin kritis dengan lebih dari 1,8 juta warga Palestina berlindung di zona tersebut setelah dipaksa berpindah tempat beberapa kali.
Pejabat Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyatakan perintah pemindahan paksa warga oleh Israel telah memperburuk kondisi kesehatan, dengan sampah menumpuk dan ketiadaan fasilitas kebersihan.
Menurut data Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, lebih dari 39.200 warga Palestina tewas sejak Israel melancarkan serangan sejak Oktober tahun lalu.
PBB memperkirakan sekitar 17.000 anak di wilayah tersebut kini menjadi yatim piatu atau tidak memiliki pendamping, dan jumlah ini berkemungkinan meningkat.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.