Pembunuhan berantai tersebut memicu kemarahan publik Kenya sejak pekan lalu. Publik Kenya mempertanyakan kenapa pembunuhan bisa terjadi sejak 2022, padahal lokasi kejadian berada di dekat kantor polisi.
Kuasa hukum terduga pelaku, John Maina Ndegwa membantah bahwa kliennya adalah pembunuh berantai di bekas tambang. Menurutnya, Khalusha disiksa hingga mengaku telah membunuh 42 perempuan.
Pihak kepolisian di Kenya sejak lama dituduh mempraktikkan pelanggaran hak asasi manusia. Polisi pun semakin disorot usai bertindak brutal dalam membubarkan demonstrasi anti-pemerintah beberapa waktu lalu.
Ndegwa mengeklaim kliennya tidak mungkin membunuh 42 orang. Kata dia, kondisi kesehatan Khalusha memburuk di tahanan karena penyiksaan.
"Dia (Khalusha) mengalami pelecehan, penyiksaan, dan pengakuannya ke publik bahwa dia telah membunuh 42 orang benar-benar tidak bisa dipercaya," kata Ndegwa.
Akan tetapi, polisi kemudian menangkap dua tersangka lain yang memperberat tuduhan terhadap Khalusha. Pihak penyidik juga membantah tuduhan bahwa mereka menyiksa Khalusha.
Polisi menangkap tersangka tambahan yang membawa sebuah ponsel milik seorang korban yang telah diidentifikasi. Sedangkan tersangka selanjutnya ditangkap karena menjual ponsel tersebut. Saat digeledah, tersangka itu memiliki 154 ponsel bekas di rumahnya dan mengaku membeli dagangan dari Khalusha.
Pihak kepolisian dicurigai terlibat kasus pembunuhan berantai ini mengingat banyaknya orang hilang dalam demonstrasi menentang kenaikan pajak pada 24 Juni lalu. Sebanyak 40 orang terbunuh dalam kekerasan di sekitar demonstrasi ini.
Kalangan demonstran dan organisasi hak asasi manusia melaporkan bahwa ratusan orang ditangkap polisi secara semena-mena dan disiksa selama protes berlangsung.
Salah satu demonstran yang diculik polisi, Malcolm Webb mengaku dibawa ke sebuah tempat lalu disiksa.
Lembaga pengawas kepolisian Kenya mengaku telah meluncurkan penyelidikan sehubungan keterkaitan polisi dengan jasad-jasad yang ditemukan termutilasi. Lembaga itu menyebut jasad-jasad yang ditemukan menunjukkan tanda "mutilasi dan penyiksaan."
Baca Juga: Tok! Wowon Cs Pembunuh Berantai Divonis Penjara Seumur Hidup
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.