Dilansir dari Associated Press, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah profesional terdidik dari Korea Utara yang melarikan diri ke Korea Selatan terus meningkat.
Sejak akhir Perang Korea 1950-53, sekitar 34.000 warga Korea Utara telah membelot ke Korea Selatan untuk menghindari kesulitan ekonomi dan penindasan politik.
Sebagian besar dari mereka adalah perempuan dari wilayah utara yang lebih miskin, yang datang ke Korea Selatan sejak pertengahan 1990-an saat Korea Utara mengalami kelaparan hebat yang diperkirakan menewaskan ratusan ribu orang.
Kasus pembelotan terkenal lainnya termasuk Tae Yongho, mantan menteri di Kedutaan Besar Korea Utara di London, yang melarikan diri ke Korea Selatan pada 2016.
Tae mengatakan bahwa ia memutuskan untuk melarikan diri karena tidak ingin anak-anaknya menjalani hidup yang sengsara di Korea Utara dan merasa putus asa setelah melihat Kim Jong Un mengeksekusi pejabat dan mengejar pengembangan senjata nuklir. Tae kini menjadi anggota parlemen Korea Selatan setelah terpilih pada 2020.
Selain itu, pada 2019, Jo Song Gil, duta besar sementara Korea Utara untuk Italia, serta duta besar sementara Korea Utara untuk Kuwait, juga melarikan diri ke Korea Selatan.
Jo tiba di Korea Selatan bersama keluarganya dan kemudian mengganti namanya menjadi Ryu Hyun-woo.
Pembelotan tertinggi yang pernah terjadi adalah Hwang Jang-yop, seorang pejabat senior Partai Pekerja Korea yang membelot pada 1997.
Hwang, yang pernah menjadi mentor bagi ayah Kim Jong Un, Kim Jong Il, dilihat sebagai sumber intelijen berharga bagi Korea Selatan dan simbol kelemahan sistem politik Korea Utara. Hwang meninggal dunia pada 2010.
Baca Juga: 30 Pelajar Korea Utara Dilaporkan Dieksekusi Gara-gara Nonton Drakor
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.