Baca Juga: Putin Kembali Tegaskan Rusia Berhak Kerahkan Segala Cara Termasuk Nuklir bila Kedaulatan Terancam
Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Lavrov dan Andrey Belousov, menyampaikan laporan mengenai topik ini. Sebelumnya, Amerika Serikat mengumumkan rencana untuk menempatkan rudal jarak menengah di Asia untuk menandingi China.
Pada 2 Agustus 2019, Amerika Serikat secara resmi menarik diri dari Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces INF, yang ditandatangani oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat pada 8 Desember 1987.
AS membenarkan langkah ini dengan menuduh Rusia menolak mematuhi tuntutan Amerika Serikat yang mengharuskan rudal jelajah baru 9M729 dihilangkan karena melanggar Perjanjian INF.
Moskow dengan tegas membantah tuduhan ini, mengatakan bahwa parameter teknis dari rudal 9M729 Novator masih dalam batas yang diizinkan oleh perjanjian dan menyampaikan klaim balasan kepada Washington.
Perjanjian pengendalian senjata terakhir yang tersisa antara Washington dan Moskow adalah Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru, yang membatasi setiap negara tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir yang digelar serta 700 rudal serta pembom.
Perjanjian ini akan berakhir tahun 2026, dan kurangnya dialog untuk mengatur perjanjian pengganti membuat para pendukung pengendalian senjata khawatir.
Pernyataan Putin datang di tengah ketegangan yang meningkat antara Rusia dan Barat terkait konflik di Ukraina dan kekhawatiran tentang kemungkinan serangan nuklir.
Pada bulan Juni, Putin berbicara kepada para eksekutif dari organisasi berita internasional tentang penggunaan senjata nuklir oleh Moskow. "Kami memiliki doktrin nuklir, lihat apa yang dikatakannya," kata Putin.
"Jika tindakan seseorang mengancam kedaulatan dan integritas wilayah kami, kami menganggap mungkin untuk menggunakan semua cara yang kami miliki. Ini tidak boleh dianggap enteng, secara dangkal."
Sumber : TASS / Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.