Rudal hipersonik dianggap lebih sulit dideteksi karena dapat bergerak dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara dan dirancang untuk dapat bermanuver, yang menimbulkan tantangan bagi sistem pertahanan rudal regional.
Pada Maret lalu, Pyongyang mengatakan mereka telah berhasil menguji mesin bahan bakar padat untuk rudal hipersonik jarak menengah (IRBM) tipe baru.
Pada bulan berikutnya, mereka melaporkan bahwa Kim Jong Un telah mengawasi uji coba IRBM yang diberi nama Hwasong-16B tersebut.
Ketegangan di kawasan ini meningkat setelah Kim Jong Un mempercepat pengujian rudal dan senjata lainnya.
Amerika Serikat dan Korea Selatan merespons dengan memperluas latihan gabungan dan latihan trilateral yang melibatkan Jepang, serta memperkuat strategi pencegahan mereka.
Awal minggu ini, Korea Utara mengkritik penempatan kapal induk Theodore Roosevelt dan memperingatkan adanya "demonstrasi pencegahan yang baru dan luar biasa."
Baca Juga: Korsel Pertimbangkan Pasok Senjata ke Ukraina, Putin: Kami Juga Berhak Persenjatai Pyongyang
Korea Utara juga telah memperkuat pertahanan di sepanjang perbatasan dengan Korea Selatan setelah menangguhkan perjanjian militer tahun 2018 dengan tetangganya itu yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan.
Korea Utara telah mengirim lebih dari 1.000 balon berisi sampah ke selatan sebagai balasan atas balon yang membawa selebaran yang mengkritik pemerintahan Kim Jong Un yang diterbangkan ke Korea Utara oleh para aktivis.
Sementara Korea Selatan juga telah menangguhkan perjanjian militer dan melanjutkan beberapa siaran propaganda dari pengeras suara di sepanjang perbatasan dengan Korea Utara.
Baca Juga: Kronologi 22 Korban Tewas dalam Kebakaran di Pabrik Baterai Lithium di Korea Selatan
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.