WASHINGTON, KOMPAS.TV - Pejabat tinggi PBB memperingatkan Israel bahwa mereka akan menghentikan operasi bantuan di seluruh Gaza kecuali Israel memperbaiki keamanan, bertindak segera untuk lebih melindungi pekerja kemanusiaan, kata dua pejabat PBB pada Selasa, 25 Juni 2024.
Ultimatum ini adalah langkah terbaru dari serangkaian tindakan PBB yang menuntut Israel berbuat lebih banyak untuk melindungi operasi bantuan dari serangan pasukannya dan mengendalikan meningkatnya kekacauan yang menghambat pekerja kemanusiaan, sebagaimana dilaporkan oleh Associated Press pada Rabu, 26 Juni 2024.
Surat dari PBB yang dikirim ke pejabat Israel bulan ini mengatakan bahwa Israel harus memberikan cara bagi pekerja PBB untuk berkomunikasi langsung dengan pasukan Israel di lapangan di Gaza, di antara langkah-langkah lainnya, kata para pejabat tersebut. Mereka berbicara dengan syarat anonim untuk membahas negosiasi yang sedang berlangsung dengan pejabat Israel.
Para pejabat PBB mengatakan belum ada keputusan final untuk menghentikan operasi di seluruh Gaza dan bahwa pembicaraan dengan Israel masih berlangsung.
Juru bicara PBB, Stéphane Dujarric, mengatakan kepada wartawan di New York bahwa koordinator kemanusiaan PBB, Muhannad Hadi, telah menulis surat kepada militer Israel pada 17 Juni dan wakil sekretaris PBB untuk keamanan, Gilles Michaud, berbicara dengan pejabat militer Israel pada hari Senin.
Dujarric menyebut kondisi untuk pekerja bantuan di wilayah tersebut "semakin tidak dapat ditoleransi." Namun, ia mengatakan bahwa PBB "mendorong semua kontaknya" dengan Israel untuk menyelesaikan masalah tersebut dan mencatat bahwa "PBB tidak akan berpaling dari rakyat Gaza."
Pejabat AS sedang berbicara dengan PBB dan militer Israel untuk mencoba membantu menyelesaikan kekhawatiran PBB, kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Matthew Miller, kepada wartawan pada Selasa.
Baca Juga: Militer Israel Umumkan Jeda Tempur Siang Hari di Gaza Selatan untuk Bantu Distribusi Bantuan
Ketika ditanya apakah AS telah menerima komitmen dari Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, yang sedang berkunjung minggu ini untuk berbicara dengan pejabat pemerintahan Biden, Miller mengatakan, “kami membahas sejumlah hal spesifik yang ingin kami lihat terselesaikan terkait situasi kemanusiaan dan mendapatkan jaminan untuk terus bekerja pada hal-hal tersebut."
Tentara Israel menolak berkomentar mengenai peringatan PBB, dan kementerian pertahanan Israel tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Tentara mengklaim berusaha memfasilitasi pengiriman bantuan dan menuduh Hamas mengganggu mereka, dengan mencatat pada Selasa bahwa kelompok militan tersebut menembakkan proyektil ke rute kemanusiaan dekat konvoi bantuan UNICEF.
Israel sebelumnya mengakui beberapa serangan militer pada pekerja kemanusiaan, termasuk serangan pada bulan April yang menewaskan tujuh pekerja dari World Central Kitchen, dan menyangkal tuduhan lainnya.
Dengan alasan masalah keamanan, Program Pangan Dunia WFP yang berada di bawah naungan PBB menangguhkan pengiriman bantuan dari dermaga yang dibangun AS yang dirancang untuk membawa makanan dan pasokan darurat lainnya kepada warga Palestina yang menghadapi kelaparan di tengah perang lebih dari delapan bulan antara Israel dan Hamas di Gaza.
Pejabat PBB dan lainnya selama berbulan-bulan mengeluhkan mereka tidak punya cara untuk berkomunikasi dengan cepat dan langsung dengan pasukan Israel di lapangan, berbeda dengan prosedur biasanya, yang dikenal sebagai "dekonfliksi" yang diterapkan di zona konflik secara global untuk melindungi pekerja bantuan dari serangan oleh kombatan.
Kelompok bantuan mengatakan prosedur Israel untuk mengoordinasikan kerja bantuan mengharuskan mereka berbicara dengan sebuah lembaga di dalam militer.
Dalam suratnya kepada pejabat Israel, PBB menyebutkan komunikasi dan peralatan pelindung untuk pekerja bantuan sebagai salah satu komitmen yang diinginkan PBB dari Israel untuk memastikan operasi bantuan di Gaza dapat terus berjalan, kata dua pejabat PBB tersebut.
Miller mengatakan pencurian bantuan dari truk dan serangan kriminal lainnya adalah masalah terbesar yang menghalangi pengiriman bantuan di dalam Gaza saat ini, bukan serangan pada pekerja bantuan oleh pasukan Israel atau perampasan konvoi bantuan oleh Hamas.
Baca Juga: Israel Gunakan Dermaga AS Untuk Serang Gaza, PBB Pertimbangkan Hentikan Distribusi Bantuan dari Sana
“Dan kami bekerja dengan PBB dan Israel untuk mencoba menemukan solusi untuk masalah tersebut,” termasuk berusaha memastikan bahwa pekerja bantuan “memiliki radio dan peralatan komunikasi lainnya sehingga mereka dapat berkomunikasi satu sama lain dan bergerak dengan aman di sekitar Gaza," kata Miller kepada wartawan.
PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya juga mengeluhkan meningkatnya kejahatan di Gaza dan telah mendesak Israel untuk melakukan lebih banyak upaya untuk meningkatkan keamanan secara keseluruhan dari serangan dan pencurian.
Kekacauan tersebut telah menghalangi apa yang dikatakan Israel sebagai jeda harian dalam pertempuran untuk memungkinkan bantuan masuk ke Gaza selatan, dengan pejabat kemanusiaan mengatakan bahwa kelompok bersenjata secara teratur memblokir konvoi, menahan sopir dengan todongan senjata, dan menggeledah kargo mereka.
Selain itu, “rudal menghantam tempat kami, meskipun sudah didekonfliksi,” kata Steve Taravella, juru bicara Program Pangan Dunia, salah satu organisasi utama yang bekerja pada pengiriman bantuan kemanusiaan di Gaza. Ia bukan salah satu yang mengonfirmasi ancaman PBB untuk menghentikan operasi di seluruh wilayah tersebut. “Gudang WFP telah dua kali terjebak dalam baku tembak dalam dua minggu terakhir.”
Pekerja bantuan yang berusaha mengirimkan bantuan melalui perlintasan utama yang tersisa, Kerem Shalom, menghadapi risiko pertempuran, jalan yang rusak, bahan peledak yang tidak meledak, dan pembatasan Israel, termasuk menghabiskan lima jam atau lebih sehari menunggu di pos pemeriksaan, kata Taravella.
“Memulihkan ketertiban sangat penting untuk respons kemanusiaan yang efektif guna memenuhi kebutuhan yang meningkat. Badan-badan PBB dan lainnya membutuhkan lingkungan yang aman untuk dapat mengakses orang-orang dan meningkatkan skala,” katanya.
Pejabat Israel mengatakan masalah di Kerem Shalom adalah masalah logistik PBB yang buruk. Secara terpisah, PBB menangguhkan kerjasama dengan dermaga yang dibangun AS sejak 9 Juni, sehari setelah militer Israel menggunakan area sekitar dermaga dalam operasi penyelamatan sandera yang menewaskan lebih dari 270 warga Palestina.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.