WASHINGTON, KOMPAS.TV - China diyakini mampu merebut Taiwan dan mengisolasi negara kepulauan itu sekaligus melumpuhkan ekoominya tanpa harus berperang.
Selama ini ketakutan China akan merebut Taiwan dengan jalan perang membuat dunia merasa khawatir.
Apalagi, Presiden China Xi Jinping terus menyerukan unifikasi Taiwan dan China dengan cara apapun.
Baca Juga: Militer Israel Mengaku Salah Usai Tentara Zionis Ikat Warga Palestina yang Terluka di Depan Jip
Hingga kini, Negeri Tirai Bambu itu masih menganggap negara tetangganya itu merupakan bagian dari mereka.
Banyak analis dan pakar militer fokus pada dua opsi penting bagi China dengan skenario tersebut, yaitu invasi penuh dan juga blokade militer
Namun, kelompok pemikir Amerika Serikat Pusat Studi Internasional dan Strategi (CSIS), menilai ada cara lain bagi China untuk merebut Taiwan tanpa harus berperang.
Cara yang diyakini akan membuat negara seperti Amerika Serikat (AS), dan negara demokrasi lain akan sangat sulit menghadapinya, yaitu karantina.
Dikutip dari CNN Internasional, pada laporan terbaru dari CSIS mengungkapkan menggunakan taktik zona abu-abu, penjaga pantai China, yang disebut sebagai milisi maritim, dan berbagai polisi serta badan keamanan maritim dapat memulai karantina penuh, atau sebagian dari Taiwan.
Hal itu sangat dimungkinkan bisa memutus akses ke pelabuhan dan menghentikan pasokan vital seperti energi dari mencapai pulau yang memiliki 23 juta jiwa tersebut.
Laporan itu mengatakan komponen angkatan laut, udara dan darat dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), kekuatan militer terbesar di dunia, mungkin hanya akan memainkan peran tambahan dan pendukung.
“China secara signifikan meningkatkan tekanan pada Taiwan di beberapa tahun terakhir, memicu kekhawatiran bahwa ketegangan dapat meletus menjadi konflik langsung,” bunyi laporan itu.
“Banyak perhatian telah diberikan terhadap ancaman invasi, namun Beijing memiliki pilihan selain melakukan invasi untuk memaksa, menghukum, atau mencaplok Taiwan,” tambahnya.
Pada pertemuan Shangri-La di Singapura awal bulan ini, Menteri Pertahanan China, Laksamana Dong Jun memperingatkan siapa pun yang mendukung kemerdekaan Taiwan akan berakhir menghancurkan diri sendiri.
Meningkatnya taktik zona abu-abu China sudah terlihat jelas pada pekan ini, ketika kapal Penjaga Pantai China bentrok dengan kapal Angkatan Laut Filipina di Laut China Selatan.
Intimidasi militer dan ekonomi China terhadap Taiwan, terus meningkat di bawah kepemimpinan Xi Jinping.
Partai Komunis China mengeklaim bahwa Taiwan merupakan milik mereka, meski tak pernah memimpin di sana.
Dan menjanjikan reunifikasi dengan paksaan jia diperlukan.
Namun, laporan CSIS itu mengatakan Beijing memiliki opsi kuat, yang tak hanya mencegah PLA dari berperang, tetapi juga membuat Taiwan dengan pendukungnya seperti AS dalam peran sebagai pemrakarsa konflik militer untuk mempertahankan otonomi Taiwan.
Laporan itu juga mengungkapkan bahwa Penjaga Pantai China, dianggap sebagai badan penegak hukum.
Hal itu berarti bahwa mereka bisa menghentikan dan meregulasi pelayaran di kepulauan itu dengan cara yang disebut karantina, berbeda dengan blokade.
“Karantina merupakan operasi yang dipimpin penegak hukum untuk mengontrol maritim dan lalu lintas udara di area khusus, sementara blokade itu bersigat militer,” bunyi laporan tersebut.
Baca Juga: China Janjikan Hukuman Mati Bagi Pelaku Separatis Kemerdekaan Taiwan, Ini Caranya
Para ahli mengatakan bahwa blokade merupakan aksi perang.
“Karantina yang dipimpin pasukan penjaga pantai China bukan deklarasi perang terhadap Taiwan,” bunyi laporan tersebut.
Para penulis laporan juga memperingatkan bahwa hal itu akan membuat AS dalam posisi sulit.
Sumber : CNN Internasional
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.