Kompas TV internasional kompas dunia

Tenggak Miras Oplosan Campur Metanol, 34 Tewas di India Selatan

Kompas.tv - 20 Juni 2024, 16:59 WIB
tenggak-miras-oplosan-campur-metanol-34-tewas-di-india-selatan
Ilustrasi minuman keras (miras) atau minuman alkohol. (Sumber: Unsplash/Dylan de Jonge)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Gading Persada

“Mereka yang terlibat dalam kejahatan ini telah ditangkap. Tindakan juga telah diambil terhadap para pejabat yang gagal mencegah insiden ini,” tulis Stalin lewat media sosial X.

Stalin juga mengumumkan pemerintah daerah setempat akan memberikan kompensasi senilai 1 juta rupee (sekitar Rp197 juta) bagi keluarga korban meninggal dan 50 ribu rupee (sekitar Rp9,8 juta) bagi para korban yang dirawat.

Baca Juga: Cerita Peminum Miras Oplosan 'Maut' di Subang: Masih Merasa Pusing dan Mual sampai Sekarang

Kematian akibat mengonsumsi miras oplosan terbilang jamak di India, di mana kaum miskin tak mampu membeli miras berlisensi yang dijual di toko-toko yang dikelola pemerintah.

Puluhan orang meninggal di India saban tahunnya setelah meminum alkohol ilegal dari tempat penyulingan di jalan raya. 

Para pembuat miras kerap menambahkan metanol, alcohol beracun yang kerap digunakan sebagai zat anti-beku, ke dalam campuran miras untuk meningkatkan efek mabuk.

Padahal, jika tertelan bahkan dalam jumlah kecil, metanol dapat menyebabkan kebutaan, kerusakan hati, dan kematian.

Pestisida juga kadang ditambahkan ke dalam miras untuk meningkatkan efek miras.

Miras oplosan telah menjadi industri yang amat menguntungkan bagi para pembuat miras oplosan. Pasalnya, mereka tak membayar pajak dan menjual produk mereka dalam jumlah besar pada masyarakat miskin dengan harga murah.

Pada 2022, lebih dari 30 orang tewas di negara bagian Bihar usai diduga mengonsumsi miras oplosan yang dijual ilegal. Sebelumnya, sedikitnya 28 orang tewas akibat menenggak miras oplosan di negara bagian Gujarat. Dan pada 2020, sedikitnya 120 orang tewas usai meminum miras oplosan di negara bagian Punjab.


 



Sumber : Associated Press/BBC



BERITA LAINNYA



Close Ads x