WASHINGTON, KOMPAS.TV - Baik itu senyum simpul Joe Biden sebagai "Dark Brandon" atau wajah Donald Trump yang ditempelkan pada adegan dari serial HBO "Game of Thrones", kedua kampanye presiden tahun ini gencar perang meme digital.
Kampanye presiden Partai Demokrat dan mantan presiden dari Partai Republik ini dengan antusias membuat dan membagikan konten untuk membentuk narasi tentang kedua pria tersebut. Dengan kedua pihak yang bersaing, Biden dan Trump, sengit adu spek dan mekanik untuk meraih simpati pemilih.
Kampanye Biden bahkan baru-baru ini memposting lowongan pekerjaan untuk manajer meme.
Dengan puluhan juta orang menggunakan media sosial sebagai sumber informasi utama, perang meme dapat mempengaruhi siapa yang akan menang pada bulan November.
Banyak warga Amerika Serikat (AS) mengatakan mereka tidak bersemangat dengan pertarungan ulang Biden-Trump dan kebiasaan digital yang berkembang membuat situasi lebih sulit untuk menjangkau orang melalui media tradisional seperti publikasi cetak atau televisi.
Meme bisa menjadi cara yang lebih tajam dan cepat untuk menyampaikan poin politik daripada blok teks atau video panjang. Namun salah setting maupun taktik online pernah merugikan kandidat dan menciptakan kontroversi besar.
Berikut adalah bagaimana meme membentuk politik presiden, seperti laporan Associated Press, Selasa (18/6/2024).
Baca Juga: Resmi, Biden dan Trump akan Kembali Berlaga di Pilpres AS!
Pertama: Apa itu meme?
Meme sudah ada lebih lama dari yang Anda kira. Istilah “meme” pertama kali diperkenalkan tahun 1976 oleh ahli biologi evolusi Inggris Richard Dawkins, yang menggunakan istilah meme untuk merujuk pada sepotong informasi yang ditiru dan disebarkan, baik itu slogan, perilaku, atau ide.
Dengan munculnya budaya internet, meme digital semakin populer. Mereka sering berbentuk konten visual seperti gambar atau video dengan pesan yang berbicara kepada orang-orang yang memahami karena pengetahuan tertentu atau keanggotaan dalam kelompok tertentu.
Meme tidak harus lucu atau satir, tetapi itu membuatnya lebih mungkin untuk disebarkan secara luas. Dan meskipun politisi saat ini berusaha keras untuk membuat dan membagikan meme, beberapa yang paling terkenal justru muncul tanpa sengaja.
Salah satu meme awal di era modern adalah teriakan antusias dari mantan Gubernur Vermont Howard Dean pada malam Kaukus Iowa, dengan video dan gambar dari teriakan tersebut yang disebarkan secara luas, mengundang ejekan dan merusak kampanye presidennya yang sudah bermasalah.
Ketika Presiden Barack Obama pindah ke Gedung Putih tahun 2009, foto-foto Presiden George W. Bush yang sedang beranjak pergi dengan teks, "Rindu saya?" banyak disebarkan oleh pendukung Bush.
Foto tahun 2011 dari Menteri Luar Negeri Hillary Clinton yang mengenakan kacamata hitam dan menatap ponselnya menjadi meme populer tahun berikutnya, “Texts from Hillary,” yang menggambarkannya mengirim teks sindiran kepada politisi dan selebriti.
"Jika Anda melakukannya dengan baik, Anda akan menyentuh sesuatu yang disetujui oleh suatu kelompok atau yang membuat mereka curiga; Anda akan menyentuh sesuatu yang terhubung dengan audiens," kata Rebecca Ortiz, seorang profesor asosiasi di bidang periklanan di Universitas Syracuse yang meneliti pengaruh meme terhadap identitas politik.
Baca Juga: Inilah Kecerdikan Trump Menangkan Nominasi Calon Presiden Partai Republik di Pilpres 2024 Amerika
Bagaimana Biden dan Trump menganggap kegunaan meme?
Kampanye Biden menciptakan kumpulan foto dan video untuk distribusi di akun resmi terkait Biden. Menurut seorang pejabat kampanye Biden, para penasihat juga mencari kemitraan dengan pembuat pihak ketiga dalam beberapa bulan mendatang, dengan harapan menjangkau pengikut dan pengguna media online yang tampaknya mendukung pesan pro-Biden.
Dengan mengembangkan hubungan dengan pembuat meme diluar tim kampanye, pejabat kampanye berharap sebagian pemilih yang belum memutuskan pilihan atau belum terpengaruh, akan menerima pesan Biden jika mereka menerimanya dari akun lain yang sudah mereka ikuti. Dengan kata lain, mereka mencari pembuat meme sebagai produk dan influencer sebagai corongnya.
"Kami berusaha keras untuk menjalankan program digital yang otentik dengan kandidat kami, yang mungkin tidak menghabiskan seluruh waktunya di Twitter - sebenarnya, dia pasti tidak," kata Clarke Humphrey, penasihat senior untuk persuasi digital dalam kampanye Biden.
"Jadi saya pikir kami hanya menjadi sangat kreatif tentang bagaimana memanfaatkan semua sudut internet sehingga dia bisa berada di tempat yang perlu tanpa dia harus benar-benar pergi ke tempat-tempat itu."
Trump, yang aktif di media sosial bahkan sebelum dia mencalonkan diri sebagai presiden, sudah lama menggunakan meme dan membagikannya, begitu pula para pembantu politiknya dan beberapa anaknya yang sudah dewasa.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.