MOSKOW, KOMPAS.TV - Rusia dan sekutunya, Belarus, memulai tahap kedua latihan tempur menggunakan senjata nuklir taktis, Selasa (11/6/2024). Latihan itu dinilai sebagai bagian dari upaya Kremlin untuk mencegah Barat meningkatkan dukungannya untuk Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan latihan nuklir ini pada bulan lalu sebagai tanggapan terhadap "pernyataan provokatif dan ancaman dari beberapa pejabat Barat terhadap Federasi Rusia."
Kremlin marah setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan tidak mengesampingkan kemungkinan mengirim pasukan ke Ukraina.
Selain itu, AS serta beberapa sekutu NATO lainnya mengizinkan Kiev menggunakan senjata yang mereka suplai untuk menyerang target di dalam wilayah Rusia.
Dilansir Associated Press, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Selasa, mengatakan kepada wartawan, latihan semacam itu dan mempertahankan kesiapan tempur adalah penting mengingat "keputusan dan tindakan bermusuhan" AS dan sekutu-sekutunya di Eropa serta "provokasi harian" mereka.
Baca Juga: Putin Ancam Akan Lakukan Ini usai Barat Izinkan Ukraina Serang Rusia dengan Senjata yang Dipasoknya
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, selama tahap kedua latihan yang dimulai Selasa, pasukan Rusia dan Belarus akan menjalani latihan bersama menggunakan senjata nuklir non-strategis yang digunakan dalam pertempuran.
Kementerian tersebut mengatakan latihan ini bertujuan untuk mempertahankan kesiapan personel dan peralatan guna memastikan "kedaulatan dan integritas teritorial" aliansi Rusia dan Belarus.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, latihan tahap pertama yang digelar bulan lalu mencakup persiapan misi nuklir dan peluncurannya.
Militer Rusia dilaporkan telah berlatih secara terpisah selama tahap awal sebelum latihan bersama dengan pasukan Belarus.
Tahun lalu, Rusia memindahkan beberapa senjata nuklir taktisnya ke Belarus, yang juga berbatasan dengan Ukraina dan negara-negara anggota NATO yaitu Polandia, Latvia, dan Lithuania.
Baca Juga: Putin Kembali Ingatkan, Rusia Selalu Bisa Berperilaku seperti AS dan Berhak Persenjatai Musuh Barat
Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengandalkan hubungan dekat dengan Rusia dan menjadikan negaranya sebagai pangkalan untuk perang di Ukraina.
Senjata nuklir taktis mencakup bom udara, hulu ledak untuk rudal jarak pendek, dan amunisi artileri yang digunakan di medan perang.
Biasanya, senjata ini kurang kuat dibandingkan senjata strategis, hulu ledak besar yang dipasang pada rudal balistik antarbenua dan dimaksudkan untuk menghancurkan seluruh kota.
Baca Juga: 90 Negara Diklaim Bakal Hadir dalam KTT Perdamaian Ukraina di Swiss, Rusia Disebut Bakal Absen
Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin mencatat, senjata nuklir medan perang Rusia jauh lebih kuat daripada dua bom atom yang dijatuhkan AS di Jepang pada akhir Perang Dunia II.
Minggu lalu, Putin menyatakan Barat salah jika beranggapan Rusia tidak akan pernah menggunakan arsenal atomnya.
Putin mengacu pada doktrin nuklir negara yang memungkinkan penggunaan senjata nuklir saat kedaulatan dan integritas teritorial terancam.
Namun, ia juga menilai ancaman terhadap kedaulatan Rusia saat ini tidak memerlukan penggunaan senjata nuklir dan menekankan bahwa Moskow tidak membutuhkannya untuk mengalahkan Ukraina.
Pemimpin Rusia itu berulang kali mengingatkan Barat tentang kekuatan nuklir negaranya sejak ia mengirim pasukan ke Ukraina pada 2022.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.