Kompas TV internasional kompas dunia

Drastis, Macron Berniat Bubarkan Parlemen Prancis Usai Sekutunya Kalah dari Partai Sayap Kanan

Kompas.tv - 10 Juni 2024, 11:33 WIB
drastis-macron-berniat-bubarkan-parlemen-prancis-usai-sekutunya-kalah-dari-partai-sayap-kanan
Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Sumber: Anadolu)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Iman Firdaus

PARIS, KOMPAS.TV - Presiden Prancis Emmanuel Macron dilaporkan bakal melakukan tindakan drastis dengan berniat membubarkan parlemen Prancis.

Ia juga menyerukan pemilihan legislatif secepatnya setelah sekutunya kalah dari wakil Partai Reli Nasional (RN), yang merupakan sayap kanan jauh pimpinan Marine Le Pen di pemilu Eropa, Minggu (9/6/2024).

Banyak yang melihat upaya Macron tersebut sebagai perjudian terhadap demokrasi di Prancis.

Baca Juga: Benny Gantz Mundur dari Kabinet Perang Israel, Sempatkan Serang Netanyahu atas Pertempuran di Gaza

Pada malam ketika partai-partai sayap kanan memperoleh keuntungan yang signifikan, namun jauh dari keuntungan konklusif di Eropa.

Berdasarkan proyeksi, RN memenangkan sekitar 32 persen suara di Prancis, lebih dari dua kali lipat (15 persen)  yang diperoleh aliansi Macron, dengan sosialis berada di belakangnya sekitar 14 persen.

Pada pidatonya, Macron mengumumkan putaran pertama pemilihan majelis nasional akan berlangsung pada 30 Juni, sedangkan putaran kedua pada 7 Juli.

Hal itu diyakini bakal menjadi sebuah pertaruhan besar mengenai masa depan politiknya, hanya tiga tahun sebelum akhir masa jabatan keduanya sebagai presiden.

“Hasil dari pemilihan parlemen Eropa bukan hasil bagus untuk pihak yang mempertahankan Eropa,” kata Macron dikutip dari The Guardian.

Macron juga mencatat dipimpin oleh RN, partai sayap kanan Prancis,  telah memiliki nyaris 40 persen dari voting nasional.

“Saya tak bisa bertindak seperti tidak terjadi apa-apa. Saya telah memberikan pilihan, oleh sebab itu saya akan membubarkan Majelis Nasional malam ini,” katanya.

Ia pun menegaskan keputusan ini sangat serius dan berat, tetapi juga menyebutnya sebagai aksi dari kepercayaan diri.

Macron sendiri mengatakan ia percaya diri bahwa orang Prancis memiliki kapasitas untuk menentukan pilihan terbaik bagi mereka dan generasi masa depan.

“Ini adalah waktu penting untuk klarifikasi. Saya telah medengar pesan, kekhawatiran Anda, dan saya tak akan meninggalkannya tanpa jawaban,” ucapnya.

“Prancis membutuhkan mayoritas yang jelas untuk bertindak dengan ketenangan dan harmoni,” tambah Marcon.

Meski begitu, yang lainnya kurang yakin dengan tindakan Macron.

Pemimpin Partai Sosialis Raphael Glucksmann mengatakan Macron telah menyerah.

“Ini adalah permainan berbahaya untuk dimainkan dengan demokrasi dan institusi. Saya terperangah,” tuturnya.

Tokoh senior konservatif Partai Les Republicains Valerie Pecresse juga mengkritik tindakan Macron.

“Membubarkan tanpa memberi siapa pun waktu berorganisasi dan tanpa kampanye apa pun, sama saja dengan mempermainkan takdir negara,” ujarnya.

Keluhan yang sama juga diungkapkan oleh Anggota Parlemen dari Partai Hijau Sandrine Rousseau.

“Emmanuel Macron merupakan pemain poker, kami telah melihatnya malam ini,” ujar Rousseau.

Namun Le Pen, yang juga dilihat sebagai calon terdepan pemilihan presiden 2027, mengatakan dirinya menyambut baik keputusan itu.

“Kami siap menempatkan negara ini pada kakinya. Kami siap membela kepentingan Rakyat Prancis,” tuturnya.

Baca Juga: Media Asing Gempar, Perempuan di Indonesia Ditelan Hidup-Hidup Ular Piton hingga Tewas

Kandidat partai RN untuk pemilu Eropa, Jordan Bardella, mengatakan bahwa para pemilih telah menyampaikan penolakan pedas terhadap Macron.

Partai Renaissance yang dipimpin Macron saat ini memiliki 169 wakil di Majelis Nasional, dan RN ada 88.

Jika partai sayap kanan jauh menang dan menjadi mayoritas pada pemilihan nanti, Macron secara efektif akan kehilangan kontrol pada kebijakan domestik Prancis.


 



Sumber : The Guardian



BERITA LAINNYA



Close Ads x