Baca Juga: Konflik dengan Hizbullah Memanas, Israel Panggil 50.000 Tentara Cadangan ke Perbatasan Lebanon
“Operasi besar di utara akan berdampak serius terhadap kemampuan kami di Gaza,” kata seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya, dikutip dari Channel 13.
Dilansir dari The Wall Street Journal, perundingan yang dimediasi oleh AS dan Prancis sedang berupaya untuk mencapai perjanjian gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel, guna mengakhiri pertempuran yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Kesepakatan tersebut diharapkan dapat menyelesaikan perselisihan perbatasan darat antara Lebanon dan Israel, meskipun Hizbullah menolak untuk meletakkan senjatanya sebelum gencatan senjata di Gaza tercapai.
Mantan Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, yang juga anggota kabinet perang saat ini, menetapkan batas waktu untuk mengakhiri permusuhan tanpa menjelaskan alasan di balik tanggal tersebut.
“(Tanggal) 1 September adalah tanggal perubahan realitas di wilayah utara. Ini akan terjadi melalui normalisasi atau eskalasi, namun kita tidak bisa kehilangan satu tahun lagi hidup seperti ini,” ujar Gantz.
Ia menekankan bahwa prioritas Israel adalah membantu warga Israel utara kembali ke rumah mereka dan memulangkan tawanan yang ditahan di Gaza.
“Ini tidak akan mudah, memerlukan biaya, dan akan merugikan, namun ini adalah hal yang benar untuk dilakukan,” tambahnya.
Departemen Luar Negeri AS pada hari Selasa memperingatkan situasi berbahaya di perbatasan Lebanon-Israel, dan menegaskan bahwa Washington berusaha untuk meredam ketegangan tersebut.
Menurut laporan stasiun televisi Kan Israel, AS meminta Israel menghindari eskalasi dengan Hizbullah sebelum menyelesaikan kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas di Gaza.
Permintaan Washington ini diutarakan ketika “kita hanya perlu menunggu beberapa hari lagi untuk mencapai kemungkinan kesepakatan” untuk membebaskan tawanan di Gaza, kata salah satu koresponden Kan.
Kesepakatan gencatan senjata di Gaza dapat berdampak pada situasi di Israel utara dan mengarah pada gencatan senjata dengan Hizbullah, serta mungkin penyelesaian politik jangka panjang dengan Lebanon, kata Amichai Stein kepada stasiun televisi Israel.
AS tidak ingin melihat Israel berperang dengan Hizbullah dan sejak awal bentrokan lintas batas telah menyerukan ketenangan.
Pembicaraan yang dimediasi AS menghasilkan kesepakatan penting antara Lebanon dan Israel pada tahun 2022, yang membuat kedua negara mendemarkasi perbatasan maritim mereka.
Baca Juga: Hizbullah Perkenalkan Senjata dan Taktik Baru Menggempur Israel
Sumber : New Arab/The Wall Street Journal
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.