JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir. Tentara Israel menyatakan kesiapan untuk perang habis-habisan dengan Hizbullah, sementara Amerika Serikat (AS) mendesak ketenangan di tengah perundingan gencatan senjata di Gaza.
Hizbullah meluncurkan roket yang memicu seruan di Israel untuk melakukan serangan besar-besaran terhadap Lebanon. Kepala staf militer Israel, Herzi Halevi, mengancam pada hari Selasa bahwa tentara Israel hampir memutuskan tindakan yang akan diambil.
“Kami mendekati titik di mana keputusan harus dibuat, dan tentara Israel sangat siap untuk keputusan ini,” kata Halevi dalam sambutannya kepada Brigade Golani dikutip dari New Arab.
Dalam pertempuran dengan Hizbullah yang meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir, ia menegaskan bahwa tentara Israel siap meningkatkan operasi di perbatasan Lebanon.
“Kami memiliki pertahanan yang kuat dan kemauan untuk menyerang, dan kami mendekati titik yang menentukan,” tambahnya.
Beberapa menteri sayap kanan Israel telah menyerukan serangan besar-besaran terhadap Hizbullah, termasuk penggunaan bom pembakar di selatan Lebanon.
Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengatakan, “Sudah waktunya bagi Lebanon untuk terbakar,” merujuk pada kebakaran hutan yang berkobar di Israel utara akibat roket dan drone yang diluncurkan Hizbullah.
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menyatakan bahwa Israel harus mengebom Beirut.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggemakan ancaman Halevi, menyatakan bahwa tentara Israel siap untuk operasi intensif di sepanjang perbatasan.
Netanyahu menyampaikan hal ini saat mengunjungi Israel utara untuk memeriksa daerah yang terbakar akibat kebakaran.
Sejak Oktober tahun lalu, Hizbullah dan Israel telah terlibat baku tembak lintas batas, bersamaan dengan perang di Gaza. Pertempuran ini merupakan yang paling sengit sejak perang musim panas 2006.
Israel sering menyerang lebih dalam ke wilayah Lebanon, sementara Hizbullah menggunakan persenjataan canggih untuk menargetkan wilayah Israel utara.
Lebih dari 450 orang di Lebanon telah tewas, sebagian besar adalah pejuang, namun termasuk juga anak-anak dan jurnalis.
Israel melaporkan 14 tentaranya dan 11 warga sipil tewas, meskipun Hizbullah yakin jumlah korban di pihak Israel lebih banyak dari yang dilaporkan. Puluhan ribu orang pun di kedua sisi perbatasan telah mengungsi.
Pemukim Israel mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan tegas terhadap Hizbullah agar mereka dapat kembali ke rumah mereka, banyak di antaranya mendukung invasi ke Lebanon selatan.
Sementara itu, para pejabat di kabinet perang Israel menegaskan bahwa militer harus mengalihkan fokusnya ke wilayah utara, sementara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu diharapkan segera membuat keputusan sulit.
Sumber : New Arab/The Wall Street Journal
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.