LJUBLJANA, KOMPAS TV - Pemerintah Slovenia menyetujui usulan mengakui kedaulatan Negara Palestina dan meminta pihak parlemennya melakukan hal yang sama.
Langkah ini dilakukan hanya dua hari setelah Spanyol, Norwegia, dan Irlandia mengakui kedaulatan Negara Palestina yang mendapat kecaman dari Israel.
Menurut laporan agen berita seperti Associated Press, Dewan Nasional atau parlemen Slovenia diperkirakan memberikan suara pada usulan tesebut pada pekan depan.
Pihak Kementerian Luar Negeri Slovenia juga menyatakan, proses pengakuan Palestina yang merdeka mengirimkan sinyal kuat kepada negara lain untuk mengikutinya.
Bagi Kementerian tersebut, pengakuan kemerdekaan terhadap Palestina menegaskan peran Slovenia di Dewan Keamanan PBB sebagai promotor perdamaian dan keamanan.
Posisi ini sudah lama dipegang bahwa solusi yang langgeng untuk konflik Timur Tengah hanya dapat dicapai melalui solusi dua negara.
"Israel dan Palestina memiliki hak untuk membesarkan anak-anak mereka dalam damai, keamanan, dan kemakmuran di negara mereka masing-masing. Pengakuan Palestina adalah satu-satunya cara agar kedua negara dan rakyat dapat hidup berdampingan dalam damai," kata Menteri Luar Negeri Slovenia, Tanja Fajon.
"Jumlah negara Eropa yang sependapat semakin bertambah, tanda bahwa Uni Eropa mengambil peran lebih aktif dalam penyelesaian konflik ini," tambah Fajon.
Baca Juga: Menteri Israel Ancam Hancurkan Tepi Barat: Kami Akan Mengubahmu Jadi Reruntuhan seperti Gaza
Lebih dari itu, Pemerintah Slovenia meluncurkan prosedur untuk pengakuan kemerdekaan tersebut pada 9 Mei 2024.
Sementara itu, di Jalur Gaza, warga Palestina di kota perbatasan Rafah melaporkan adanya pertempuran sengit dalam beberapa hari terakhir.
Ketika militer Israel memperluas serangannya di selatan, mengambil alih seluruh panjang perbatasan Gaza dengan Mesir.
Di luar Rafah, pasukan Israel masih bertempur melawan Hamas di beberapa bagian Gaza yang diklaim militer telah dikuasai berbulan-bulan yang lalu.
Ini tanda potensial dari perlawanan sengit yang bisa membuat pasukan Israel terus terlibat di wilayah tersebut.
Pertempuran di Rafah telah membuat lebih dari 1 juta warga Palestina melarikan diri, sebagian besar dari mereka sudah mengungsi sebelumnya selama perang.
Mereka kini mencari perlindungan di kamp-kamp darurat dan area lain yang hancur akibat perang.
Menurut pihak PBB, mereka kekurangan tempat tinggal, makanan, air, dan kebutuhan dasar lainnya untuk bertahan hidup.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, 53 orang tewas akibat serangan Israel telah dibawa ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir, serta 357 orang yang terluka pada Kamis kemarin.
Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan, perang Israel melawan Hamas di Gaza telah menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina.
Israel meluncurkan perang di Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2024 lalu.
Pada saat itu Hamas menyerbu Israel selatan. Diklaim menewaskan sekitar 1.200 orang yang kebanyakan warga sipil, dan menyandera sekitar 250 orang.
Pihak Israel mengatakan, sekitar 100 sandera masih ditahan di Gaza bersama dengan jasad sekitar 30 orang lainnya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.