DEIR AL-BALAH, KOMPAS.TV - Serangan udara dan tembakan artileri Israel menewaskan setidaknya 37 orang di kamp tenda pengungsi di kota Rafah, Jalur Gaza, area yang sama dengan pengeboman mematikan beberapa hari sebelumnya.
Menurut saksi mata, pekerja darurat, dan pejabat rumah sakit, serangan terbaru terjadi pada Selasa (28/5/2024) malam.
Militer Israel sebelumnya mengeklaim kebakaran di kamp tenda pengungsi di Rafah pada Minggu (26/5/2024) disebabkan ledakan kedua, bukan bom yang diluncurkannya. Israel justru menuding kebakaran dipicu senjata militan Palestina.
Seperti biasa, militer Israel menyelidiki dirinya sendiri atas kejahatan yang diduga dilakukannya. Hasil penyelidikan awal Israel tentang serangan mematikan pada Minggu, diumumkan pada Selasa.
Juru bicara militer Israel, Laksamana Daniel Hagari, mengatakan penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan.
Ia mengeklaim munisi Israel yang digunakan dalam serangan ke tenda-tenda pengungsi itu terlalu kecil untuk menjadi sumber kebakaran.
Hagari berdalih serangan ke tenda-tenda pengungsi yang dipenuhi anak-anak dan perempuan tersebut menargetkan dua militan senior Hamas.
Serangan Israel tersebut menewaskan 45 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kebakaran itu adalah akibat dari "kecelakaan tragis."
Serangan dalam beberapa hari terakhir menghantam area di barat Rafah, di mana militer Israel belum memerintahkan evakuasi warga sipil.
Pasukan darat dan tank Israel beroperasi di bagian timur Rafah, bagian tengah kota, dan sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.
Baca Juga: Aljazair Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Perintahkan Israel Setop Serangan di Rafah
Serangan Israel pada Senin (27/5/2024) malam dan Selasa dini hari menghantam distrik Tel al-Sultan di barat Rafah, menewaskan setidaknya 16 orang, menurut Pertahanan Sipil Palestina dan Bulan Sabit Merah Palestina.
Tujuh dari 16 korban tewas berada di tenda di dekat fasilitas milik PBB sekitar 200 meter dari kamp tenda pengungsi yang menjadi target serangan Israel pada Minggu.
Pada Selasa sore, serangan drone Israel menghantam tenda dekat rumah sakit lapangan di pantai Mediterania di barat Rafah, menewaskan setidaknya 21 orang, termasuk 13 wanita, kata Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Seorang saksi, Ahmed Nassar, mengatakan empat sepupunya dan suami serta anak-anak mereka tewas dalam serangan itu. Sejumlah tenda hancur atau rusak akibat serangan Israel.
Sebagian besar penghuni tenda tersebut merupakan warga Palestina yang mengungsi dari Kota Gaza di bagian utara Jalur Gaza untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.
Baca Juga: AS Kutuk Hilangnya Nyawa Warga Sipil di Rafah, Namun Sebut Kebijakan untuk Israel Tidak Berubah
"Mereka tidak ada hubungannya dengan apa pun," katanya.
Netanyahu menyatakan akan terus melancarkan serangan ke Rafah.
Ia mengeklaim pasukan Israel harus memasuki kota Rafah untuk menumpas Hamas dan mengembalikan tawanan yang diambil dalam serangan 7 Oktober 2023 yang memicu serangan Israel.
Sebagai informasi, Israel menahan ribuan warga Palestina termasuk anak-anak dan perempuan bahkan sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober. Banyak dari mereka yang ditahan tanpa dakwaan.
Hamas sebelumnya mengatakan akan menggunakan tawanan yang mereka bawa ke Gaza untuk digunakan dalam pertukaran tahanan dengan Israel.
Terkait serangan dan kebakaran mematikan di kamp tenda pengungsi di Rafah pada Minggu lalu, militer Israel merilis foto satelit yang mereka klaim menunjukkan posisi peluncuran roket Hamas berada sekitar 40 meter dari area gudang yang menjadi target.
Dalam foto tersebut, lokasi yang mereka sebut sebagai lokasi peluncuran roket Hamas, tidak tampak terkena serangan.
Baca Juga: Ribuan Warga di Paris Protes Serangan Israel di Rafah
Militer Israel mengeklaim jet tempurnya menggunakan bom terkecil yaitu dua amunisi dengan hulu ledak seberat 17 kilogram.
"Amunisi kami sendiri tidak bisa menyalakan api sebesar ini," kata Hagari berkilah.
Dia mengatakan kebakaran itu adalah "insiden yang menghancurkan yang tidak kami duga" dan terjadi karena "keadaan yang tak terduga."
Namun, serangan tersebut telah memicu arus pengungsi dari wilayah barat Rafah. Sayed al-Masri, penduduk Rafah, mengatakan banyak keluarga menuju ke daerah padat Muwasi atau ke Khan Younis, sebuah kota di selatan yang mengalami kerusakan parah akibat serangan Israel selama berbulan-bulan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan dua fasilitas medis di Tel al-Sultan tidak berfungsi karena pengeboman intens Israel di dekatnya.
Medical Aid for Palestinians, sebuah badan amal yang beroperasi di seluruh wilayah tersebut, mengatakan pusat medis Tel al-Sultan dan Rumah Sakit Lapangan Indonesia berada dalam kondisi terkunci dengan tenaga medis, pasien, dan pengungsi terjebak di dalamnya.
Sebagian besar rumah sakit di Gaza tidak lagi berfungsi. Rumah Sakit Kuwait di Rafah ditutup pada Senin setelah serangan di dekat pintu masuknya menewaskan dua tenaga kesehatan.
Sumber : KOMPAS TV, Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.