Kompas TV internasional kompas dunia

Begini Operasi Intelijen Israel Intimidasi ICC, dari Penyadapan Telepon hingga Pertemuan Rahasia

Kompas.tv - 29 Mei 2024, 18:05 WIB
begini-operasi-intelijen-israel-intimidasi-icc-dari-penyadapan-telepon-hingga-pertemuan-rahasia
Direktur Mossad tahun 2015, Yossi Cohen, dilaporkan berupaya menundukkan Jaksa ICC Fatou Bensouda, salah satunya dengan menyadap panggilan telepon, meretas email, pesan singkat, dan dokumen, serta mengancam secara fisik sehingga Bensouda meminta perlindungan tambahan. (Sumber: Guardian)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

DEN HAAG, KOMPAS.TV - Mahkamah Pidana Internasional mencatat operasi intelijen canggih Israel sejak 2015 untuk menghancurkan kasus kejahatan perang di Palestina, di mana kini ICC mengupayakan surat penangkapan PM Israel Benjamin Netanyahu, Menhan Yoav Gallant, dan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, Yahya Sinwar, dan Muhammad Deif.

"Perang" ini dimulai Januari 2015, ketika Palestina dipastikan bergabung dengan ICC setelah diakui sebagai negara oleh majelis umum PBB. Aksesi ini dikutuk oleh pejabat Israel sebagai bentuk "terorisme diplomatik", seperti laporan The Guardian Inggris hari Selasa, 28/5/2024.

Investigasi ini mengungkap bagaimana Israel menjalankan "perang" dan operasi intelijen hampir satu dekade, termasuk dengan peretasan email, pesan singkat, dan dokumen, serta penyadapan percakapan berbagai pejabat ICC untuk menekan jaksa membatalkan kasus dugaan kejahatan perang yang terjadi di negara Palestina, terutama pada masa jabatan Jaksa Fatou Bensouda yang kini digantikan Karim Khan.

Lima sumber yang akrab dengan kegiatan intelijen Israel mengatakan mereka rutin menyadap panggilan telepon yang dilakukan oleh Bensouda dan stafnya dengan warga Palestina. Terhalang oleh Israel untuk mengakses Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, ICC terpaksa melakukan sebagian besar penelitiannya melalui telepon, yang membuatnya lebih rentan terhadap pengawasan.

Berkat akses komprehensif Israel ke infrastruktur telekomunikasi Palestina, sumber-sumber tersebut mengatakan operasi intelijen Israel dapat menyadap panggilan dari ICC kepada warga Palestina yang berada di Palestina tanpa spyware di perangkat pejabat ICC.

"Jika Fatou Bensouda berbicara dengan seseorang di Tepi Barat atau Gaza, maka panggilan telepon itu akan masuk ke sistem [intersepsi]," kata satu sumber. Sumber lain mengatakan tidak ada keraguan internal untuk memata-matai jaksa, menambahkan, "Bensouda, dia orang kulit hitam dan Afrika, jadi siapa yang peduli?"

Sistem pengawasan tidak menyadap panggilan antara pejabat ICC dan siapa pun di luar Palestina. Namun, beberapa sumber mengatakan sistem tersebut memerlukan pemilihan aktif nomor telepon luar negeri dari pejabat ICC yang panggilannya diputuskan untuk didengarkan oleh agen intelijen Israel.

Menurut satu sumber Israel, sebuah papan tulis besar di departemen intelijen Israel berisi nama sekitar 60 orang yang sedang diawasi, setengahnya adalah warga Palestina dan setengahnya dari negara lain, termasuk pejabat PBB dan personel ICC.

Baca Juga: Eks Bos Mossad Pernah Ancam Keselamatan Eks Jaksa ICC , Ditekan untuk Bekerjasama dengan Israel

Jaksa ICC 2012 - 2021, Fatou Bensouda, di Den Haag, Belanda, dalam foto Selasa 28 Agustus 2018. Pada Rabu, 3 Maret 2021, Bensouda mengumumkan penyelidikan terhadap dugaan kejahatan perang di wilayah Palestina, menegaskan akan dilakukan secara independen, tidak memihak, dan obyektif. (Sumber: Bas Czerwinski/Pool file via AP, File)

Di Den Haag, Bensouda dan staf seniornya diperingatkan oleh penasihat keamanan dan melalui saluran diplomatik bahwa Israel sedang memantau pekerjaan mereka. Seorang mantan pejabat senior ICC mengingat, "Kami diberitahu bahwa mereka mencoba mendapatkan informasi tentang sejauh mana perkembangan pemeriksaan awal kami."

Para pejabat juga menyadari ancaman khusus terhadap lembaga swadaya masyarakat (LSM) Palestina terkenal, Al-Haq, yang merupakan salah satu dari beberapa kelompok hak asasi manusia Palestina yang sering mengirimkan informasi ke penyelidikan ICC. Informasi itu sering kali berupa dokumen panjang yang memerinci insiden yang ingin dipertimbangkan oleh jaksa. Otoritas Palestina juga mengirimkan berkas serupa.

Dokumen-dokumen tersebut sering kali berisi informasi sensitif seperti kesaksian dari calon saksi. Pengajuan Al-Haq juga dipahami telah mengaitkan tuduhan spesifik pelanggaran Statuta Roma oleh pejabat senior, termasuk panglima militer Israel atau tentara pendudukan Israel (IOF), Direktur Shin Bet -- dinas intelijen dalam negeri Israel, dan menteri pertahanan seperti Benny Gantz.

Bertahun-tahun kemudian, setelah ICC membuka penyelidikan penuh atas kasus Palestina, Gantz menunjuk Al-Haq dan lima kelompok HAM Palestina lainnya sebagai "organisasi teroris", sebuah label yang ditolak oleh beberapa negara Eropa dan kemudian ditemukan oleh CIA tidak didukung oleh bukti. Organisasi-organisasi tersebut mengatakan penunjukan itu merupakan "serangan yang ditargetkan" terhadap mereka yang paling aktif berhubungan dengan ICC.

Menurut beberapa pejabat intelijen saat ini dan sebelumnya, tim serangan siber militer dan Shin Bet secara sistematis memantau karyawan LSM Palestina dan Otoritas Palestina yang berhubungan dengan ICC. Dua sumber intelijen menggambarkan bagaimana operator Israel meretas surel Al-Haq dan kelompok lain yang berkomunikasi dengan kantor Bensouda.

Salah satu sumber mengatakan bahwa Shin Bet bahkan memasang spyware Pegasus, yang dikembangkan oleh NSO Group sektor swasta, di ponsel beberapa karyawan LSM Palestina, serta dua pejabat senior Otoritas Palestina.

Memantau pengajuan Palestina ke penyelidikan ICC dipandang sebagai bagian dari mandat Shin Bet. Tetapi beberapa pejabat militer khawatir bahwa memata-matai entitas sipil asing merupakan tindakan yang melampaui batas, karena tidak ada hubungannya dengan operasi militer.

"Ini tidak ada hubungannya dengan Hamas, tidak ada hubungannya dengan stabilitas di Tepi Barat," kata satu sumber militer tentang pengawasan ICC. Yang lain menambahkan, "Kami menggunakan sumber daya kami untuk memata-matai Fatou Bensouda, ini bukan sesuatu yang sah untuk dilakukan intelijen militer."



Sumber : The Guardian



BERITA LAINNYA



Close Ads x