Ini juga bisa menjadi penting jika, seperti yang diharapkan ketiga negara ini, negara-negara lain mengikuti untuk mengakui negara Palestina.
Israel bereaksi dengan marah dan segera menarik duta besarnya dari ketiga negara tersebut serta memanggil perwakilan mereka di Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pengakuan semacam itu secara efektif memberikan penghargaan kepada Hamas, yang menguasai Gaza, atas kekerasannya.
Perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika personel Hamas menerobos perbatasan selatan Israel dan melakukan serangan paling berdarah dalam sejarah 75 tahun negara itu.
Netanyahu berulang kali menolak konsep "solusi dua negara" dan mengatakan pengakuan semacam itu tidak akan membawa perdamaian maupun mengubah tekadnya untuk memberantas Hamas.
Otoritas Palestina, yang memiliki kendali terbatas di Tepi Barat, dan Hamas menyambut baik pengakuan oleh Spanyol, Norwegia, dan Irlandia.
Baca Juga: PM Norwegia Beri Sinyal Negara Eropa Lain Akan Ikut Akui Kedaulatan Palestina
Amerika Serikat mendukung solusi dua negara, tetapi mengatakan hal ini hanya bisa dicapai melalui dialog langsung antara kedua pihak dan bukan melalui pengakuan sepihak negara Palestina oleh negara-negara lain.
Bulan lalu, Amerika Serikat secara efektif memveto upaya pengakuan negara Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan menolak keanggotaan penuh Palestina dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan.
Spanyol, Norwegia, dan Irlandia telah menghabiskan berbulan-bulan melobi anggota Uni Eropa untuk bergabung dengan mereka dalam pengumuman ini, tetapi masalah ini masih memecah beberapa negara terbesar di blok tersebut.
Prancis mengatakan pengakuan negara Palestina tidaklah "tabu" bagi Paris, tetapi saat ini bukan waktu yang tepat. Jerman menekankan tujuan jangka panjangnya adalah solusi dua negara, tetapi, seperti AS, mengatakan hal itu hanya bisa datang melalui dialog.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.