"Hizbullah telah meningkatkan situasi di utara," kata juru bicara militer Letkol Nadav Shoshani. "Mereka terus menembak lebih banyak."
Dalam menyesuaikan serangannya, Hizbullah juga berhasil mengurangi jumlah personilnya yang menjadi korban dibandingkan dengan minggu-minggu awal konflik.
Kelompok ini kehilangan lebih dari 250 personil sejauh ini, dibandingkan dengan 15 tentara Israel sejak pertempuran pecah di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel sehari setelah perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober.
Menurut hitungan Associated Press, Hizbullah kehilangan 47 personel pada bulan Oktober dan 35 pada bulan November, dibandingkan dengan 20 pada bulan April dan 12 sejauh bulan ini.
Baca Juga: Senjata AS Teridentifikasi Dalam Serangan Israel ke Lebanon yang Tewaskan 7 Paramedis
Pejabat yang akrab dengan operasi kelompok tersebut mengatakan Hizbullah mengurangi jumlah personil di daerah perbatasan untuk menurunkan jumlah korban.
Sementara Hizbullah terus menembakkan rudal anti-tank Kornet buatan Rusia dari daerah dekat perbatasan, mereka juga beralih dengan menembakkan drone dan jenis roket lain dengan hulu ledak berat, termasuk Almas serta roket Falaq dan Burkan, dari lokasi yang berjarak beberapa kilometer dari perbatasan.
Akhir pekan lalu, Hizbullah mengatakan mereka meluncurkan roket baru dengan hulu ledak berat yang dinamai Jihad Mughniyeh untuk membalas tewasnya komandan senior Hizbullah dalam serangan udara Israel di Suriah selatan pada tahun 2015.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dalam pidatonya minggu lalu bersumpah "kami akan berdiri, kami akan mencapai tujuan kami, kami akan menghantam Hamas, kami akan menghancurkan Hizbullah, dan kami akan membawa keamanan."
Pada hari Senin, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam pidatonya menegaskan tidak akan ada akhir dari pertempuran di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel sampai operasi militer Israel di Jalur Gaza berakhir, "Tujuan utama dari front Lebanon menekan musuh untuk mengakhiri perang di Gaza," kata Nasrallah.
Komentarnya merupakan pukulan bagi upaya para pejabat asing, termasuk pejabat AS dan Prancis, yang datang ke Beirut untuk mencoba mengakhiri kekerasan yang membuat puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan.
Sehari setelah Nasrallah berbicara, Menlu Kanada Mélanie Joly ke Beirut dan mengatakan kepada stasiun TV swasta Lebanon LBC bahwa dia mendorong gencatan senjata.
"Kita perlu memastikan orang-orang yang tinggal di selatan Lebanon dapat kembali ke rumah mereka," katanya. "Kita perlu memastikan bahwa orang-orang Israel yang tinggal di bagian utara Israel juga dapat kembali ke rumah mereka."
Wakil pemimpin Hizbullah Naim Kassim memperingatkan Israel dalam pidatonya akhir pekan lalu agar tidak membuka perang habis-habisan, "Kalian sudah mencoba di masa lalu dan kalian kalah, dan jika kalian mencoba lagi kalian akan kalah," kata Kassim, merujuk pada perang 34 hari Israel-Hezbollah pada tahun 2006 yang berakhir imbang.
Sumber : Associate Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.