YERUSALEM, KOMPAS TV - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Rabu (15/5/2024), menegaskan tidak ada cara untuk mempersiapkan visi pasca perang untuk Gaza sampai Hamas dikalahkan secara militer.
Netanyahu menolak kritik bahwa ia membiarkan Hamas berkumpul kembali dan menyia-nyiakan kemajuan militer Israel di Jalur Gaza dengan tidak membuat rencana untuk wilayah yang terluka sekali perangnya selesai.
Netanyahu menghadapi kritik yang makin keras baik di dalam negeri maupun dari Amerika Serikat (AS), sekutu terdekat Israel, atas visi pasca perangnya untuk Gaza.
Dalam sebuah pernyataan dari kantornya, Netanyahu mengatakan Israel telah mencoba melibatkan warga Palestina setempat untuk membantu distribusi makanan tetapi upaya tersebut gagal karena Hamas mengancam mereka, klaim yang tidak dapat diverifikasi.
Dia mengatakan Israel sedang terlibat dalam upaya lain untuk menerapkan realitas pasca perang di Gaza yang tidak dia deskripsikan.
"Selama Hamas tetap utuh, pembicaraan tentang 'hari esok' akan tetap hanya pembicaraan, tanpa makna," katanya.
Pasukan Israel sedang bertempur di bagian-bagian Gaza, termasuk utara yang hancur, yang militer mengatakan telah dibersihkan oleh pasukan darat sebelumnya dalam perang.
Netanyahu telah mengatakan Israel akan mempertahankan kendali keamanan atas Gaza. AS mengatakan mereka tidak akan menerima kembalinya pendudukan militer Israel di Jalur Gaza.
AS, sebagai pendahulu untuk menciptakan negara Palestina, telah meminta peta jalan politik yang mencakup kembalinya Otoritas Palestina yang diakui secara internasional ke Gaza, yang digulingkan oleh Hamas dari Gaza pada tahun 2007.
Baca Juga: Israel Ketar-ketir Mahkamah Internasional Akan Perintahkan Penghentian Serangan ke Rafah
Netanyahu dan pemerintah sayap kanannya menolak peran Otoritas Palestina di Gaza, dan mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah mengizinkan negara Palestina.
Dunia belum pernah melihat sesuatu seperti kehancuran perumahan yang tidak terjadi sebelumnya di Gaza sejak Perang Dunia II, dan dibutuhkan setidaknya sampai tahun 2040 untuk memulihkan rumah-rumah yang hancur dalam serangan bom dan serangan darat Israel jika konflik berakhir hari ini, laporan PBB awal bulan ini.
Sementara itu, Israel membutuhkan rencana yang jelas dan konkret untuk masa depan Gaza di mana negara ini menghadapi potensi terjadinya kekosongan kekuasaan yang bisa menjadi penuh dengan kekacauan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Rabu.
Baca Juga: WHO Tegaskan Data Kementerian Kesehatan Gaza Valid, Beda dengan Publikasi PBB karena Identifikasi
"Adalah penting bahwa Israel juga melakukan pekerjaan ini dan fokus pada apa yang masa depan bisa dan harus menjadi," kata Blinken.
"Perlu ada rencana yang jelas dan konkret, dan kami menantikan Israel untuk maju dengan ide-ide mereka."
Washington dan sekutunya Israel mengatakan bahwa Hamas tidak bisa terus memimpin Gaza setelah militan dari kelompok tersebut memicu konflik dengan serangan terhadap selatan Israel yang diklaim menewaskan 1.200 orang pada 7 Oktober.
"Kami tidak mendukung dan tidak akan mendukung pendudukan Israel. Kami juga tentu saja tidak mendukung pemerintahan Hamas di Gaza. Kami telah melihat itu membawa terlalu banyak masalah bagi rakyat Gaza dan untuk Israel. Dan kita juga tidak bisa mengalami kekosongan yang kemungkinan akan diisi oleh kekacauan," kata Blinken dalam konferensi pers di Kiev.
Blinken telah melakukan banyak pembicaraan dengan tetangga Arab tentang rencana pasca konflik untuk Gaza sejak Israel berjanji untuk mencabut Hamas dari Gaza lebih dari tujuh bulan yang lalu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.