Banyak warganet yang marah karena video itu dibuat Kalil saat sekitar 1,1 juta penduduk Gaza terancam kelaparan.
Warganet pun mulai mengambil referensi dari Revolusi Prancis dalam gerakan ini, memunculkan istilah "digitine" atau "guillotine digital" untuk "mengeksekusi" akun media sosial seleb.
Gerakan warganet ini juga dikenal sebagai Blockout 2024.
Warganet kemudian membuat daftar blokir terkait gerakan ini, di antaranya memuat nama-nama seperti Gal Gadot, Kim Kardashian, Zendaya, Taylor Swift, Noah Schnapp, dan Harry Styles.
Pengajar di Universitas Northwestern di Qatar, Eddy Borges-Rey, yang meneliti algoritma media sosial menyebut gerakan pemblokiran ini lebih efektif dibanding berhenti mengikuti (unfollow) selebritas.
Menurutnya, blokir massal dapat memengaruhi jangkauan konten-konten selebritas di media sosial.
Hal ini disebutnya dapat berpengaruh pada ketertarikan pengiklan menggandeng selebritas tersebut.
"Selebritas media sosial sangat bergantung pada visibilitas yang tinggi dan interaksi untuk menarik dan menjaga kerja sama dengan pengiklan," kata Borges-Rey, seperti dilansir Al Jazeera, Senin (13/5/2024).
Jika diblokir secara massal, konten-konten dari media sosial selebritass disebut tidak akan diproritaskan oleh algoritma media sosial.
Menurut Borges-Rey, semakin banyak diblokir, jangkauan akun media sosial selebritas akan semakin berkurang.
"Berkurangnya visibilitas dapat membuat pengiklan memandang selebritas tersebut kurang bernilai, berpotensi mengurangi uang yang mau mereka bayarkan kepada selebritas itu, demikian secara langsung memengaruhi pendapatan iklan mereka," katanya.
Baca Juga: AS Sebut Ada Kemungkinan Israel Gunakan Senjata Amerika untuk Langgar Hukum Internasional di Gaza
Sumber : Kompas TV, Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.