Pengungsi Palestina lain di Rafah, Emad, menyebut masa depan orang-orang di Jalur Gaza tidak jelas.
Ia mengaku kebingungan mencari tempat aman di Jalur Gaza, wilayah Palestina yang telah diblokade Israel sejak 2007 dan mengurung jutaan orang di enklave tersebut.
"Keluarga saya terdiri dari empat orang, ada empat orang lain dari keluarga saudara saya, totalnya delapan. Ke mana kami harus pergi?" kata Emad.
"Saya bahkan belum membereskan tenda saya. Kami butuh uang untuk membawanya."
Pasukan Israel sejak awal pekan ini mengebom sejumlah titik di timur Rafah dan menutup titik penyeberangan antara Gaza dan Mesir.
Penutupan ini membuat arus bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Gaza yang terancam kelaparan terhenti.
Kendati diprotes berbagai pihak, termasuk sekutu-sekutu Israel, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu nekat menyerang Rafah yang dipadati pengungsi. Netanyahu mengeklaim Rafah menjadi basis kekuatan Hamas.
Baca Juga: Pemerintah RI Kecam Serangan Israel ke Rafah: Hentikan Kejahatan Brutal Israel
Dilansir Al Jazeera, per 7 Mei 2024 pukul 15.20 WIB, serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023, telah menewaskan sedikitnya 34.789 orang termasuk lebih dari 14.500 anak-anak.
Sementara sedikitnya 78.204 orang terluka, dan lebih dari 8.000 orang dinyatakan hilang.
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.