MOSKOW, KOMPAS.TV - Kementerian Pertahanan Rusia, Senin (6/5/2024), mengumumkan akan menggelar latihan militer yang melibatkan senjata nuklir taktis. Itu merupakan kali pertama Rusia mengumumkan secara terbuka latihan semacam itu.
Berikut ulasan mengenai senjata nuklir taktis Rusia dan perannya dalam pesan politik Kremlin.
Apa Itu Senjata Nuklir Taktis?
Berbeda dengan rudal balistik antarbenua yang mampu menghancurkan seluruh kota dengan hulu ledak nuklirnya, senjata nuklir taktis yang digunakan dalam pertempuran darat memiliki daya ledak yang lebih rendah.
Senjata ini memiliki daya ledak sekitar 1 kiloton. Sebagai perbandingan, bom atom AS yang dijatuhkan di Hiroshima selama Perang Dunia II memiliki daya ledak sebesar 15 kiloton.
Senjata nuklir medan perang seperti bom udara, hulu ledak untuk misil jarak pendek, atau amunisi artileri dapat sangat kecil dan praktis.
Karena ukurannya yang kecil, senjata tersebut memungkinkan untuk dibawa secara diam-diam di atas truk atau pesawat.
Berbeda dengan senjata strategis, yang tunduk pada perjanjian pengendalian senjata antara Moskow dan Washington, senjata nuklir taktis tidak pernah dibatasi oleh perjanjian semacam itu.
Rusia juga tidak pernah mengungkapkan jumlah atau rincian lainnya terkait senjata nuklir taktisnya.
Baca Juga: Jawab Provokasi Prancis dan Inggris, Rusia Langsung Umumkan Latihan Tempur Senjata Nuklir Taktis
Pernyataan Putin soal Senjata Nuklir Rusia
Sejak meluncurkan serangan penuh ke Ukraina pada 24 Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin berkali-kali mengingatkan negara-negara Barat tentang kekuatan nuklir Moskow untuk mencegah mereka meningkatkan dukungan militer kepada Kiev.
Sejak awal perang, Putin sering kali merujuk kepada arsenal nuklir Rusia dan bersumpah akan menggunakan "segala cara" yang diperlukan untuk melindungi negaranya.
Namun, dia kemudian meredakan pernyataannya ketika serangan Ukraina musim panas lalu gagal mencapai tujuan dan Rusia membuat lebih banyak kemajuan di medan perang.
Doktrin pertahanan Moskow mempersiapkan serangan balasan dengan senjata nuklir terhadap serangan nuklir atau bahkan serangan dengan senjata konvensional yang “mengancam eksistensi negara Rusia.”
Perumusan yang samar tersebut mendorong beberapa ahli Rusia yang pro-Kremlin mendorong Putin untuk memperjelasnya agar Barat menganggap peringatan tersebut lebih serius.
Pada musim gugur lalu, Putin mengatakan bahwa dia tidak melihat alasan untuk mengubah hal tersebut.
"Tidak ada situasi di mana apa pun akan mengancam kedaulatan negara Rusia dan keberadaan negara Rusia," katanya.
"Saya pikir tidak ada orang yang waras dan memiliki ingatan yang jernih yang bisa memiliki ide untuk menggunakan senjata nuklir melawan Rusia."
Baca Juga: Soal Biden Kritik Penerjunan Senjata Nuklir Taktis Rusia, Moskow Minta AS Introspeksi
Mengapa Rusia Menggelar Senjata Nuklir Taktis di Belarusia?
Tahun lalu, Rusia memindahkan beberapa senjata nuklir taktis ke wilayah Belarusia, sekutunya yang berbatasan dengan Ukraina dan negara-negara anggota NATO seperti Polandia, Latvia, dan Lituania.
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko sudah sejak lama mendesak Moskow untuk menempatkan senjata nuklir di negaranya, yang memiliki hubungan militer yang erat dengan Rusia dan berfungsi sebagai tempat pendaratan untuk perang di Ukraina.
Baik Putin maupun Lukashenko mengatakan penempatan senjata nuklir di Belarusia dimaksudkan untuk menumpulkan ancaman Barat.
Tahun lalu, Putin secara khusus mengaitkan langkah tersebut dengan keputusan pemerintah Inggris untuk memberikan peluru tank dan artileri penembus lapis baja yang berisi uranium kepada Ukraina.
Pejabat Rusia tidak mengatakan berapa banyak senjata nuklir yang dipindahkan, dan hanya mengungkapkan bahwa fasilitas-era Soviet di negara itu telah disiapkan untuk mengakomodasi mereka, dan pilot serta kru rudal Belarusia dilatih untuk menggunakannya.
Senjata-senjata itu tetap berada di bawah kendali militer Rusia.
Penempatan senjata nuklir taktis di Belarus, yang memiliki perbatasan sepanjang 1.084 kilometer dengan Ukraina, akan memungkinkan pesawat dan rudal Rusia mencapai target potensial dengan lebih mudah dan cepat jika Moskow memutuskan untuk menggunakannya.
Kondisi tersebut juga memperluas kemampuan Rusia untuk menargetkan beberapa sekutu NATO di Eropa Timur dan Tengah.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.