NAIROBI, KOMPAS.TV - Bencana banjir dan longsor terjadi di sejumlah wilayah di Afrika Timur pada pekan ini.
Banjir dan longsor di Afrika Timur itu terjadi setelah hujan lebat yang berlangsung selama berhari-hari.
Memburuknya musim hujan di wilayah Afrika ini diakibatkan iklim El Nino yang masih terus terjadi.
Dilansir dari Al Jazeera, Tanzania dan Kenya menjadi wilayah yang terparah dengan korban tewas total di kedua negara tersebut mencapai 190 orang.
"Banjir dan tanah longsor di Tanzania telah menewaskan 155 orang dan melukai 236 lainnya," kata Perdana Menteri Tanzania, Kassim Majaliwa.
"Hujan lebat El Nino yang disertai angin kencang, banjir, dan tanah longsor di berbagai wilayah tanah air telah menimbulkan kerusakan yang cukup parah."
"Dampak buruk dari hujan disebabkan oleh degradasi lingkungan," imbuh Majaliwa.
Dia menyalahkan deforestasi, praktik pertanian yang tidak berkelanjutan seperti "tebang dan bakar", dan penggembalaan ternak yang tidak teratur.
Majaliwa mengingatkan penduduk dataran rendah untuk mengungsi sementara ke dataran tinggi.
Perdana Menteri juga mendesak pejabat kabupaten untuk memastikan bahwa bantuan disalurkan kepada warga yang rumahnya terkena dampak banjir.
Pada 14 April, pemerintah melaporkan bahwa total 58 orang, termasuk anak-anak, telah meninggal karena hujan dan banjir sejak awal bulan.
Selain itu, banjir juga menghancurkan jalan-jalan, jembatan, hingga jalur kereta api. Sekolah-sekolah juga terendam yang memaksa pemerintah untuk menutup sekolah.
Lebih dari 200.000 orang dan 51.000 rumah tangga terkena dampak hujan tersebut.
Baca Juga: Banjir Besar akibat Hujan Lebat Berminggu-minggu di Tanzania Tewaskan 155 Orang
Sementara di Kenya, 35 orang tewas dalam banjir sejak Senin (22/4/2024) lalu. Hingga Kamis (25/4/2024) kemarin, wilayah ibu kota Nairobi juga masih dilaporkan terendam air.
Warga Kenya diingatkan untuk tetap waspada karena perkiraan hujan lebat yang akan melanda seluruh negeri dalam beberapa hari mendatang.
Palang Merah Kenya melaporkan bahwa Sungai Athi, sungai terpanjang kedua di Kenya yang mengalir di selatan Nairobi hingga Samudera Hindia, telah meluap.
Banjir tersebut menyebabkan penutupan jalan dan membuat warga terjebak. Di daerah kumuh Mathare yang luas di Nairobi, rumah-rumah terendam air, memaksa penduduk naik ke atap rumah untuk menyelamatkan diri dan harta benda mereka.
“Situasi di Nairobi telah meningkat ke tingkat yang ekstrem. Pemerintah daerah atas segala upayanya jelas kewalahan,” tulis Senator Edwin Sifuna di akun X-nya.
Menurut Palang Merah Kenya, telah dilakukan lebih dari 188 penyelamatan sejak awal Maret. Otoritas Jalan Perkotaan Kenya telah menutup empat jalan yang terkena dampak parah dan mengingatkan akan kemungkinan banjir di dua jalan lainnya.
“Polisi lalu lintas dan tim teknis kami berada di lapangan untuk mengarahkan lalu lintas dan meningkatkan keselamatan pengendara,” kata salah seorang pejabat.
Di lingkungan Mathare, setidaknya empat jenazah dievakuasi dari rumah yang terendam banjir pada hari Rabu (24/4/2024). Media lokal melaporkan bahwa lebih banyak jenazah yang ditemukan dari Sungai Mathare.
Banjir juga dilaporkan melanda Burundi dengan sekitar 96.000 orang mengungsi akibat hujan yang tiada henti selama berbulan-bulan.
Di Uganda pun terjadi badai hebat yang menyebabkan tepian sungai jebol, dengan dua korban jiwa dan beberapa ratus penduduk desa mengungsi.
Baca Juga: Banjir di Rusia dan Kazakhstan Makin Meluas, Sebabkan 7 Tewas dan 15.000 Orang Mengungsi
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.