Al Jazeera adalah salah satu dari sedikit media internasional yang tetap berada di Gaza selama perang, menyiarkan adegan berdarah serangan udara dan rumah sakit yang penuh sesak serta menuduh Israel melakukan pembantaian. Israel menuduh Al Jazeera berkolaborasi dengan Hamas.
“Al Jazeera merugikan keamanan Israel, secara aktif berpartisipasi dalam pembantaian 7 Oktober, dan menghasut tentara Israel. Ini saatnya untuk menghapus pengeras suara Hamas dari negara kita,” kata Netanyahu di X, yang sebelumnya dikenal dengan nama Twitter.
Dia mengatakan dia berencana untuk segera bertindak berdasarkan kewenangan undang-undang yang baru disahkan. “Saluran teror Al Jazeera tidak akan lagi mengudara dari Israel,” katanya.
Al Jazeera telah ditutup atau diblokir oleh pemerintah Timur Tengah lainnya, termasuk Arab Saudi, Yordania, Uni Emirat Arab, dan Bahrain.
Baca Juga: Detik-Detik Jurnalis Al Jazeera Tewas Akibat Serangan Rudal Drone Milik Israel
Mesir telah melarang Al Jazeera sejak tahun 2013. Mesir melancarkan tindakan keras tersebut setelah militer menggulingkan pemerintah terpilih namun terpecah belah pada tahun 2013 yang didominasi oleh kelompok Ikhwanul Muslimin. Mesir menganggap Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris dan menuduh Qatar dan Al Jazeera mendukungnya.
Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan AS tidak selalu setuju dengan liputan Al Jazeera, namun menghormati hasil kerja mereka.
“Kami mendukung kebebasan pers yang independen di mana pun di dunia,” katanya.
“Dan sebagian besar dari apa yang kita ketahui tentang apa yang terjadi di Gaza adalah karena para reporter yang berada di sana melakukan tugasnya, termasuk reporter dari Al Jazeera.”
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.