MOSKOW, KOMPAS.TV - Rusia mengungkap sosok baru yang dituding bertanggung jawab atas serangan teror di Moskow yang terjadi pada 22 Maret lalu.
Sosok yang dimaksud adalah kepala mata-mata Ukraina, Vasily Malyuk.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia, Minggu (31/3/2024), meminta Ukraina untuk menyerahkan orang-orang yang dituding terlibat dalam serangan di Moskow, termasuk Malyuk.
Baca Juga: Netanyahu Makin Diserang Oposisi Israel: Pemerintahannya Harus Pergi
Selain itu, Rusia meminta Ukraina segera menghentikan dukungan terhadap aktivitas individu dan kelompok tersebut.
Dilansir RT, Kemlu Rusia mengatakan telah menghubungi Kiev secara resmi.
Moskow menuntut hal tersebut di bawah Konvensi Internasional PBB untuk Pemberantasan Bom Teroris dan Konvensi Internasional untuk Pemberantasan Pendanaan Terorisme.
Tuntutan itu termasuk penangkapan dan ekstradisi para tersangka yang oleh Moskow diidentifikasi dan dikaitkan dengan serangan teroris terhadap Rusia.
Serangan ke gedung Konser Balai Kota Crocus pada 22 Maret lalu membunuh 144 orang.
Meski ISIS telah mengaku bertanggung jawab, tapi Rusia menuding Ukraina terlibat dalam serangan tersebut. Tuduhan itu langsung dibantah Kiev.
“Serangan mematikan di Balai Kota Crocus mengejutkan dunia sejauh ini, bukan serangan teroris pertama yang harus dialami negara kami,” bunyi pernyataan Kemlu Rusia.
“Penyelidikan dilakukan oleh badan Rusia yang berkompeten yang mengindikasikan jejak dari semua kejahatan ini ke Ukraina."
Kemlu Rusia juga menyebut pembunuhan blogger militer Maksim Fomin, pengeboman jembatan Krimea, dan penyerbuan lintas batas di Belgorod dilakukan Korps Sukarelawan Rusia (RDK).
Paramiliter tersebut diyakini sebagai warga Rusia yang berkolaborasi dengan Ukraina, dan sudah dilabeli teroris oleh Moskow.
Selain Malyuk, yang merupakan Kepala Badan Keamanan Ukraina (SBU), Kemlu Rusia tak mengungkapkan nama orang-orang yang ingin mereka tangkap.
Baca Juga: Zelenskyy Akui Ukraina di Ujung Tanduk, Terpaksa Menyerah Jika Bantuan Militer AS Tak Tiba
“Pemimpin SBU itu secara sinis mengakui pada 25 Maret, Ukraina telah mengorganisasi pengeboman jembatan Krimea pada Oktober 2022, dan mengungkapkan detail organisasi atas serangan teroris lainnya di Rusia,” kata Kemlu Rusia.
Mereka mengatakan kegagalan Ukraina untuk memenuhi permintaan Rusia tersebut merupakan pelanggaran terhadap kewajiban internasionalnya sehubungan dengan pemberantasan terorisme.
Selain itu, menimbulkan tanggung jawab hukum internasional.
Sumber : RT
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.