Baca Juga: AS Berhenti Veto Resolusi Gencatan Senjata, Israel Marah dan Batalkan Kunjungan ke Gedung Putih
Riyad Mansour, Pengamat Tetap untuk Negara Palestina, mengatakan dibutuhkan waktu enam bulan, dengan lebih dari 100.000 warga Palestina tewas atau terluka, untuk akhirnya menuntut gencatan senjata segera.
Warga Palestina di Gaza telah mengalami berbagai penderitaan dan kesulitan, kini terpaksa hidup dalam kondisi kelaparan, dengan banyak di antara mereka terkubur di bawah reruntuhan rumah mereka sendiri.
"Kesengsaraan mereka harus berakhir, dan harus berakhir sekarang juga," kata Mansour kepada para duta besar.
Dia menegaskan bahwa aturan hukum internasional telah diabaikan oleh tindakan-tindakan kejahatan Israel. Sebaliknya, Israel justru memperkuat langkah-langkahnya, bahkan setelah dikeluarkan perintah wajib oleh Mahkamah Internasional (ICJ).
Warga Palestina telah menjadi korban, apakah mereka memilih untuk tinggal atau pergi. Saat ini, Israel bahkan mengancam akan melakukan serbuan ke Rafah.
Selain itu, Israel juga terus melakukan provokasi terhadap PBB, menyerang kepala PBB dan badan bantuan PBB, UNRWA. Menurut Mansour, wibawa PBB harus dipertahankan.
"Provokasi yang sangat tidak pantas ini memiliki dampak nyata bagi staf PBB dan lembaga kemanusiaan di lapangan yang menjadi target serangan, bahkan sampai terbunuh, ditangkap, dan disiksa," tegasnya.
Mansour juga menyoroti konsekuensi nyata dari pemblokiran bantuan UNRWA oleh Israel. "Sudah waktunya tindakan serius diambil terhadap semua tindakan Israel ini," tambahnya.
Dia menyambut baik adopsi resolusi tersebut dan mengapresiasi persatuan Arab dalam menuntut gencatan senjata.
"Ini harus menjadi titik balik; ini harus menjadi awal dari penyelamatan nyawa di lapangan. Ini harus menjadi sinyal akhir dari serangan kejam terhadap bangsa kami," tandasnya, menyatakan seluruh bangsa Palestina "sedang dibantai".
Baca Juga: Hari Ini DK PBB Kembali Voting Menuntut Gencatan Senjata Ramadan di Gaza, Usulan 10 Anggota
Gilad Erdan, Duta Besar dan Perwakilan Tetap Israel, mempertanyakan mengapa Dewan Keamanan "diskriminatif" dalam mengatasi korban.
Menurutnya, Dewan mengutuk serangan mematikan di sebuah gedung konser di Moskow pada Jumat, namun gagal mengutuk pembantaian festival musik Nova pada 7 Oktober.
"Warga di mana pun mereka tinggal, berhak untuk menikmati musik dengan aman dan damai. Dewan Keamanan seharusnya memiliki kejelasan moral untuk mengutuk tindakan teror tersebut dengan adil, tanpa diskriminasi," ujarnya.
“Sayangnya, hari ini juga, Dewan ini menolak untuk mengutuk pembantaian pada 7 Oktober; ini adalah aib,” tambahnya.
Erdan menyoroti serangan terus-menerus Hamas selama 18 tahun terakhir terhadap warga Israel, dengan meluncurkan "ribuan dan ribuan roket dan peluru yang tidak diskriminatif terhadap warga sipil".
Dia menekankan meskipun resolusi tersebut gagal mengutuk Hamas, namun "menyatakan sesuatu yang seharusnya menjadi kekuatan moral pendorong".
"Resolusi ini mengecam pengambilan sandera, mengingat itu melanggar hukum internasional," katanya, menegaskan mengambil warga sipil tidak bersalah sebagai sandera adalah kejahatan perang.
"Ketika datang untuk membawa pulang sandera, Dewan Keamanan tidak boleh puas hanya dengan kata-kata, tetapi harus mengambil tindakan nyata," pungkasnya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.