Sementara resolusi ini menandai perubahan sikap AS yang sebelumnya selalu berpihak pada Israel, kritik juga muncul terhadap bahasa yang digunakan dalam resolusi.
Meskipun masih mengaitkan gencatan senjata dengan pembebasan tawanan, bahasa yang digunakan tidak sekuat resolusi sebelumnya. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa AS mungkin sedang mencari pendekatan yang lebih seimbang dalam konflik yang sudah berkecamuk lama ini.
Sementara itu, di Gaza, penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi. Lebih dari 32.000 jiwa telah kehilangan nyawa, dan lebih dari 74.000 lainnya terluka.
Bantuan internasional menjadi semakin mendesak, dengan lebih dari 2,3 juta penduduk Gaza mengalami ketidakpastian pangan, sementara kelaparan mengancam di wilayah utara yang sangat terkena dampak.
Pemungutan suara Dewan Keamanan PBB mencerminkan pergeseran dinamika dalam konflik Gaza.
Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Akhirnya Sahkan Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, AS Tak Gunakan Hak Veto
Amerika Serikat sebelumnya telah menggunakan hak veto tiga resolusi yang menuntut gencatan senjata di Gaza, yang terbaru adalah usulan yang didukung oleh Arab pada 20 Februari. Resolusi tersebut didukung oleh 13 anggota dewan dengan satu abstain, mencerminkan dukungan yang sangat besar untuk gencatan senjata.
Rusia dan Cina memveto resolusi yang disponsori AS pada akhir Oktober yang meminta jeda dalam pertempuran untuk memberikan bantuan, perlindungan bagi warga sipil, dan menghentikan pengiriman senjata kepada Hamas. Mereka mengatakan bahwa hal itu tidak mencerminkan panggilan global untuk gencatan senjata.
Mereka sekali lagi memveto resolusi AS hari Jumat lalu, menyebutnya ambigu dan mengatakan bahasa didalamnya tidak menegaskan tuntutan langsung kepada Israel untuk mengakhiri pertempuran yang banyak dituntut oleh dunia.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.