AS awalnya mendukung Israel dengan tegas setelah serangan 7 Oktober. Tetapi hubungan semakin memburuk seiring berlanjutnya perang hingga memasuki bulan kelima.
Pejabat kesehatan Palestina di Gaza hari Jumat mengatakan setidaknya 32.070 warga sipil telah terbunuh, dengan setidaknya dua pertiga dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Israel mengeklaim setidaknya sepertiga dari yang tewas adalah kelompok militan Hamas.
Posisi AS tentang operasi Rafah berubah dalam beberapa hari terakhir. Awalnya, pejabat AS meminta rencana untuk menyelamatkan warga sipil dari bahaya. Sekarang, mereka mengatakan tidak ada cara yang kredibel untuk melakukannya.
“Ini berisiko membunuh lebih banyak warga sipil. Ini berisiko menimbulkan kerusakan lebih besar pada penyediaan bantuan kemanusiaan. Ini berisiko mengisolasi lebih lanjut Israel di seluruh dunia dan membahayakan keamanan dan posisinya dalam jangka panjang,” kata Blinken.
Pejabat AS mengatakan opsi lain, termasuk operasi yang ditargetkan secara khusus terhadap pejuang dan komandan Hamas yang dikenal, adalah satu-satunya cara untuk menghindari bencana sipil.
Sekitar tiga perempat dari 2,3 juta penduduk Gaza melarikan diri ke Rafah, paling jauh di selatan yang berbatasan dengan Mesir. Kamp tenda yang luas sekarang tersebar di kota itu.
AS akan berbagi ide-ide alternatif pada pertemuan minggu depan, ketika sebuah delegasi yang dipimpin oleh penasihat keamanan nasional Netanyahu dan seorang anggota Kabinet Perang Israel menuju ke Washington. Menteri Pertahanan Israel, anggota Kabinet Perang lainnya, juga akan hadir.
Baca Juga: Israel Kepung dan Ledakkan Bangsal Rumah Sakit, Bunuh Lebih dari 100 Orang dalam 24 Jam
Blinken mengatakan pembicaraan akan berfokus pada rencana pasca-perang, area lain di mana terjadi ketidaksepakatan.
AS ingin Otoritas Palestina yang diakui secara internasional, yang digulingkan Hamas dari Gaza pada 2007, kembali berkuasa di Gaza, bersama dengan jalan yang jelas menuju negara Palestina merdeka berdampingan dengan Israel.
Netanyahu menolak kemerdekaan Palestina atau peran yang substansial dalam pemerintahan Gaza. Netanyahu berkeras bahwa Israel harus mempertahankan kendali keamanan jangka panjang atas Gaza.
Situasi di Rafah terus memanas seiring dengan ketegangan antara Israel dan Hamas yang semakin meruncing.
Meskipun tekanan dari AS dan masyarakat internasional untuk menemukan solusi diplomatik, belum ada tanda-tanda gencatan senjata akan segera hadir. Perundingan yang akan datang di Washington antara delegasi Israel dan pejabat AS akan menjadi ujian penting untuk melihat apakah ada kesempatan untuk menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung bertahun-tahun tersebut.
Kedua belah pihak, baik Israel maupun Palestina, masih bertahan pada posisi masing-masing, menunjukkan bahwa jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan masih jauh dari jangkauan.
Dalam waktu dekat, dunia akan terus mengamati dengan cemas perkembangan di Timur Tengah, sementara rakyat Gaza terus menderita akibat dari kekerasan yang tak kenal ampun.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.