YERUSALEM, KOMPAS.TV - Pemerintah Israel mengumumkan mereka telah menyetujui rencana militer untuk menyerang Rafah, demikian yang diungkapkan oleh kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Jumat (15/3/2024). Rafah adalah sebuah kota yang terletak di paling selatan Jalur Gaza dan tempat mayoritas penduduk yang terkena dampak konflik tersebut tinggal.
“PM Israel Netanyahu menyetujui rencana operasi militer di Rafah, dan saat ini pasukan menyiapkan operasional serta evakuasi penduduk,” kata kantor Netanyahu tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Operasi ini akan melibatkan evakuasi penduduk sipil, seperti yang dijelaskan dalam pernyataan tersebut, meskipun tanpa spesifikasi mengenai bagaimana atau kapan evakuasi akan dilakukan. Sebanyak 1,4 juta warga Palestina yang terdampak konflik tinggal di Rafah.
Sebelumnya pada Rabu (13/3), militer Israel menyatakan mereka berencana memindahkan penduduk Rafah ke "pulau-pulau kemanusiaan" yang terletak di tengah wilayah sebelum melancarkan serangan yang telah direncanakan di daerah tersebut.
Beberapa pejabat dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain menyampaikan kekhawatiran mereka mengenai rencana Israel untuk menyerbu Rafah. Hal ini karena mereka khawatir akan keselamatan warga sipil.
Namun demikian, Netanyahu menegaskan tidak ada niatan dari pihaknya untuk mundur, dengan menyatakan serangan terhadap Hamas di Rafah merupakan hal yang krusial dalam upaya mereka mengeliminasi kelompok Hamas.
Sementara itu pada Jumat (15/3), Palestina langsung menyuarakan kecaman atas keputusan Israel melancarkan operasi militer di kota Rafah, memperingatkan tindakan tersebut dapat memicu pembantaian baru dan pengusiran lebih lanjut warga sipil.
“Setiap operasi militer di Rafah berarti melakukan pembantaian baru dan melanjutkan kejahatan pemindahan terhadap rakyat kami,” kata kantor berita Wafa yang mengutip pernyataan yang dikeluarkan oleh Kepresidenan Palestina.
Pernyataan tersebut menyerukan intervensi segera dari AS dan komunitas internasional untuk mencegah agresi semacam itu yang akan memperburuk penderitaan rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Baca Juga: Israel Bakal Tempatkan 1,4 Juta Warga Palestina di Gaza ke 'Pulau Kemanusiaan' sebelum Serang Rafah
Beberapa negara telah memperingatkan Israel untuk tidak melaksanakan operasi militer di Rafah, yang menjadi tempat tinggal bagi lebih dari 1,4 juta warga Palestina.
Israel melakukan serangan militer brutal terhadap Jalur Gaza sejak serangan lintas batas pada 7 Oktober yang dilakukan oleh kelompok Palestina Hamas.
Setidaknya 31.490 warga Palestina, sebagian besar di antaranya perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza, dan 73.439 lainnya terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.
Israel juga telah memberlakukan blokade yang sangat merugikan di enklave Palestina, meninggalkan penduduknya, terutama warga utara Gaza, di ambang kelaparan.
Perang Israel telah mendorong 85% dari populasi Gaza menjadi pengungsi internal di tengah blokade yang menghancurkan sebagian besar makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur enklave telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Kementerian Kesehatan mengatakan, per Jumat (16/3), 149 orang tewas dalam 24 jam terakhir, membawa jumlah warga Palestina yang tewas dalam perang itu menjadi setidaknya 31.490 orang.
PBB mengatakan satu perempat dari 2,3 juta penduduk Gaza menghadapi kelaparan, banyak dari mereka di utara yang terisolasi, sasaran utama serangan Israel di Gaza.
Penembakan Israel atas konvoi bantuan pada 29 Februari menewaskan 118 warga Palestina di utara Gaza. Militer Israel mengatakan beberapa pasukannya menembak orang-orang dalam kerumunan yang mendekat kepada mereka.
Setelah kekerasan itu, AS mengumumkan rencana untuk membangun dermaga sementara di Gaza untuk membawa makanan melalui laut dan bergabung dengan negara-negara lain untuk menjatuhkan makanan ke utara yang terisolir.
Sumber : Associated Press / Anadolu / WAFA
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.