KIEV, KOMPAS.TV - Ukraina, Selasa (5/3/2024), mengeklaim berhasil menenggelamkan kapal perang Rusia di Laut Hitam menggunakan drone laut berteknologi tinggi saat pasukan Kiev mengincar target yang berada jauh di belakang garis depan perang. Otoritas Rusia tidak mengonfirmasi klaim tersebut.
Badan intelijen militer Ukraina mengatakan sebuah unit operasi khusus menghancurkan kapal patroli besar, Sergey Kotov, pada malam hari, seperti dilaporkan Associated Press.
Kapal yang diklaim Ukraina mulai beroperasi pada 2021 dan terkena hantaman Ukraina di dekat Selat Kerch itu disebut dapat membawa rudal jelajah dan sekitar 60 awak.
Tenggelamnya kapal modern seperti itu akan menjadi kerugian signifikan dan pukulan memalukan bagi Moskow, meskipun ada puluhan kapal lain dalam armada Laut Hitam mereka.
Pejabat Kiev mengatakan sekitar 20 persen serangan misil Rusia terhadap Ukraina diluncurkan dari Laut Hitam, dan serangan Ukraina yang berhasil, telah merusak kemampuan Moskow.
Kapal-kapal patroli seperti Sergey Kotov merupakan bagian dari langkah-langkah pencegahan Rusia menghadapi serangan drone, menurut artikel yang diterbitkan bulan lalu oleh Foreign Policy Research Institute, sebuah lembaga pemikir Amerika Serikat.
Kapal-kapal tersebut menggunakan radar dan helikopter untuk mendeteksi dan menghancurkan drone dengan peluncur rudal dan senapan mesin berat, demikian disebutkan.
Baca Juga: Putin Kirim Peringatan Ngeri: Mengirim Pasukan Barat ke Ukraina Risikonya Perang Nuklir Global
Pasukan Kiev kesulitan menahan pasukan Rusia di beberapa titik sepanjang garis depan yang sebagian besar statis sepanjang 1.500 kilometer, tetapi mereka juga mengincar target jauh di luar itu.
Di Laut Hitam, keberhasilan Ukraina melawan kapal-kapal perang Rusia telah mendorong armada Rusia menjauh dari pantai, memungkinkan Ukraina membuka koridor ekspor gandum.
Kementerian Pertahanan Ukraina mengunggah video di X (dulu Twitter) yang mereka katakan menunjukkan serangan malam hari terhadap Sergey Kotov menggunakan kapal tanpa awak, Magura V5, yang dirancang dan dibangun di Ukraina dan dilengkapi bahan peledak.
Tujuh anggota kru Rusia tewas dan enam luka-luka, sementara 52 orang berhasil diselamatkan, kata badan intelijen militer Ukraina.
Klaim Ukraina tidak dapat segera diverifikasi secara independen. Disinformasi telah menjadi ciri perang yang pecah setelah Rusia menginvasi tetangganya pada Februari 2022 itu.
Perusahaan keamanan swasta, Ambrey, mengatakan serangan itu terjadi di pelabuhan Feodosia di Krimea, yang diklaim Rusia pada tahun 2014.
Ambrey mengatakan telah melihat rekaman yang diambil oleh anggota kru kapal dagang di pelabuhan, yang menunjukkan Sergey Kotov menembakkan senjata ke arah drone.
Baca Juga: Ukraina Klaim Sukses Tenggelamkan Kapal Serang Rusia, Disebut Pukulan untuk Armada Laut Hitam
Kapal itu terkena tembakan setidaknya dua kali, dengan serangan kedua mengakibatkan ledakan besar, kata Ambrey.
Bulan lalu, Ukraina mengeklaim berhasil menenggelamkan kapal perang Rusia dua kali menggunakan drone.
Pada 1 Februari, korvet bersenjata rudal Rusia, Ivanovets, diklaim tenggelam. Pada 14 Februari, kapal angkut, Caesar Kunikov, disebut hancur. Pejabat Rusia tidak mengonfirmasi klaim-klaim tersebut.
Hampir dua tahun lalu, kapal perang utama armada Laut Hitam Rusia, kapal penuntun peluru kendali, Moskva, tenggelam setelah rusak berat akibat serangan misil.
Pada Selasa, militer Rusia mengerahkan jet tempur Su-27 untuk membayangi pesawat pengawas militer Prancis, E-3F, yang ditemani dua jet tempur Rafale, di ruang udara internasional di atas Laut Hitam.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Su-27 diaktifkan untuk "mencegah pelanggaran perbatasan negara Federasi Rusia."
Mereka juga mengatakan pesawat Prancis itu meninggalkan perbatasan Rusia setelah jet Rusia mendekat.
Moskow telah beberapa kali menuduh sekutu NATO mengumpulkan informasi intelijen untuk membantu serangan Ukraina terhadap pasukan Rusia.
Pada November, militer Rusia mengancam akan menembak jatuh pesawat pengawas Prancis yang berpatroli di ruang udara internasional.
Pejabat Prancis mengatakan militer Rusia mengeluarkan peringatan tersebut lewat radio kepada salah satu pesawat pengawas Prancis saat terbang di perairan internasional di Laut Hitam.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.