JENEWA, KOMPAS.TV - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa Gaza saat ini telah menjadi zona kematian.
"Gaza telah menjadi zona kematian,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam konferensi persnya di Jenewa.
“Sebagian besar wilayah telah hancur. Lebih dari 29.000 orang tewas; masih banyak lagi yang hilang, diperkirakan tewas; dan masih banyak lagi yang terluka,” ujarnya.
Sejak perang pecah di Gaza pada 7 Oktober 2023, kekurangan gizi parah telah meningkat secara dramatis.
Menurut Tedros, hal tersebut bisa semakin bertambah buruk apabila perang tak kunjung berhenti dan pasokan pangan tak bisa masuk.
Program Pangan Dunia (WFP) saat ini menghentikan pengiriman bantuannya ke sana karena kurangnya keamanan bagi personel kemanusiaan dan mereka yang mencari bantuan.
Selain itu, serangan juga diterima petugas medis yang bertugas di Gaza dan telah memakan ratusan korban para tenaga kesehatan bantuan.
Pada Selasa (20/2/2024) malam, tempat penampungan Médecins Sans Frontières (MSF) ditembaki yang kemudian melukai staf dan membunuh anggota keluarga mereka.
Koordinator Bantuan Darurat PBB, Martin Griffiths, mengatakan dia terkejut dengan serangan itu.
“Para aktivis kemanusiaan mempertaruhkan nyawa mereka. Seperti semua warga sipil, mereka harus dilindungi,” kata Griffiths di X.
Baca Juga: Viral Anggota Kongres AS Dukung Pembantaian Warga Palestina di Gaza, Picu Kemarahan Publik
Tedros pun menyoroti risiko besar bagi kelompok kemanusiaan yang bertugas dan perlunya memastikan mereka terlindungi.
“Dunia macam apa yang kita jalani ketika orang tidak bisa mendapatkan makanan dan air, dan ketika orang yang bahkan tidak bisa berjalan tidak bisa mendapatkan perawatan?" keluhnya.
“Di dunia seperti apa kita hidup ketika petugas kesehatan berisiko dibom saat mereka melakukan pekerjaan penyelamatan nyawa [dan] rumah sakit harus ditutup karena tidak ada lagi listrik atau obat-obatan untuk membantu menyelamatkan pasien?”
Dia mendesak perlunya gencatan senjata segera, pembebasan sandera, penghentian penggunaan senjata, dan akses kemanusiaan yang tidak terbatas.
“Kemanusiaan harus menang,” ucap Tedros.
Pada hari Rabu (21/2/024) kemarin, para ahli hak asasi manusia independen PBB meminta Israel agar segera menerapkan gencatan senjata dan langkah-langkah kemanusiaan yang konkrit, dengan fokus khusus pada kebutuhan perempuan dan anak perempuan Palestina.
Berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) pada tanggal 26 Januari, para ahli menggarisbawahi masalah-masalah mendesak seperti terganggunya sekolah, hancurnya rumah, terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan dan meningkatnya risiko yang dihadapi oleh perempuan dan anak perempuan di Gaza dan Tepi Barat, termasuk kekerasan berbasis gender.
Mereka meminta Israel menghentikan serangan ke rumah sakit dan menyerukan pendirian rumah sakit lapangan, fasilitasi penyaluran bantuan, pemberian prioritas pada produk-produk kebersihan menstruasi, pembangunan tempat penampungan dan sekolah tambahan serta menyediakan ruang yang aman bagi para penyintas kekerasan berbasis gender.
“Menerapkan langkah-langkah ini akan menjadi demonstrasi yang sudah lama tertunda bahwa Israel peduli terhadap perlindungan warga sipil dan menghormati hak asasi mereka,” kata mereka.
Baca Juga: Hubungan AS-Brasil Retak karena Perang Israel di Gaza, Gara-gara Disamakan dengan Genosida Nazi
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.