Kompas TV internasional kompas dunia

Sebelum Veto Resolusi Gencatan Senjata Gaza, AS Edarkan Draf Tandingan di DK PBB

Kompas.tv - 21 Februari 2024, 20:15 WIB
sebelum-veto-resolusi-gencatan-senjata-gaza-as-edarkan-draf-tandingan-di-dk-pbb
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Linda Thomas-Greenfield (depan tengah) mengangkat tangan untuk memberi suara tidak setuju atas resolusi gencatan senjata di Gaza dalam rapat di Dewan Keamanan PBB di markas PBB, New York, Selasa, 20 Februari 2024. (Sumber: AP Photo/Seth Wenig)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

"Resolusi ini adalah sikap menentang para pendukung pembunuhan dan kebencian," kata Duta Besar Aljazair untuk PBB Amar Bendjama kepada Dewan Keamanan sebelum pemungutan suara dilakukan.

"Memberikan suara mendukung resolusi ini adalah dukungan terhadap hak hidup rakyat Palestina. Sebaliknya, memberikan suara menolaknya berarti mendukung kebrutalan dan hukuman kolektif yang diterapkan pada mereka."

“Saat ini, setiap warga Palestina adalah target kematian, eksterminasi, dan genosida. Berapa banyak nyawa tak bersalah yang harus dikorbankan sebelum dewan menganggap perlu untuk menyerukan gencatan senjata?”

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, lebih dari 29.000 warga Palestina tewas sejak pasukan Israel mulai membombardir setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.

Sekitar 70.000 terluka, dan ribuan jasad diperkirakan masih terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.

Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Besok Voting Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, AS Bersumpah Akan Memveto

Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour berbicara dalam rapat Dewan Keamanan PBB di markas PBB, New York, Selasa, 20 Februari 2024. (Sumber: AP Photo/Seth Wenig)

Setelah pemungutan suara, Bendjama berjanji akan terus mengetuk pintu Dewan Keamanan untuk menuntut pembantaian di Gaza diakhiri.

"Kami tak akan pernah lelah dan kami tak akan pernah berhenti," tambahnya.

Selain tuntutan gencatan senjata segera, resolusi yang didukung oleh negara-negara Arab itu juga menuntut pembebasan segera semua tahanan.

Resolusi Aljazair itu juga menolak pengusiran paksa warga sipil Palestina, mendesak aliran bantuan kemanusiaan tanpa batas ke Gaza.

Resolusi itu juga mengulangi tuntutan Dewan Keamanan agar baik Israel maupun Hamas "patuh sepenuhnya" dengan aturan hukum internasional, khususnya terkait perlindungan terhadap warga sipil, dan mengutuk "segala bentuk terorisme," tanpa menyebutkan secara eksplisit pihak mana.

Perwakilan tetap Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menggambarkan kegagalan mengadopsi resolusi Aljazair sebagai "babak gelap lain dalam sejarah Dewan Keamanan PBB, lagi-lagi ditulis oleh delegasi AS."

Dia menuduh AS memberikan perlindungan kepada Israel untuk melaksanakan "rencana tidak manusiawi terhadap Gaza, khususnya untuk mengusir warga Palestina dari daerah tersebut dan benar-benar membersihkan wilayah tersebut dan benar-benar mengubahnya menjadi wilayah yang tidak dapat dihuni."

Besarnya kekerasan yang terjadi di Gaza "telah melampaui setiap konflik yang manusia alami setelah Perang Dunia Kedua. Opini publik tidak akan lagi memaafkan ketiadaan tindakan dari PBB," tambahnya.

Utusan China, Zhang Jun, juga menyatakan kekecewaan atas hasil pemungutan suara tersebut. Dia mengatakan veto AS mengirim pesan yang salah dan mendorong situasi di Gaza ke arah yang berbahaya.

"Terus-menerus menghindari gencatan senjata segera tidak berbeda dengan memberi lampu hijau untuk pembantaian yang terus berlanjut," katanya.

Jika resolusi gencatan senjata terus dihalangi di Dewan Keamanan, Zhang mengatakan dampak dari konflik akan terus mengguncang seluruh wilayah Timur Tengah, meningkatkan risiko perang yang lebih luas.

"Hanya dengan memadamkan api perang di Gaza kita dapat mencegah neraka melanda seluruh wilayah," tambahnya.

"Dewan harus segera bertindak untuk menghentikan pembantaian ini di Timur Tengah."

Samuel Zbogar dari Slovenia, yang memberikan suara mendukung resolusi, menyerukan diakhirinya pembunuhan warga sipil di Gaza.

"Penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina melampaui apa pun yang seharusnya dihadapi manusia," katanya.


 




Sumber : Arab News




BERITA LAINNYA



Kunjungan Paus ke Indonesia

FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x