TEL AVIV, KOMPAS.TV - "Mereka yang ingin mencegah kita beroperasi di Rafah pada dasarnya menyuruh kita kalah dalam perang. Saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi," kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam konferensi pers pada Sabtu (17/2/2024).
Meskipun pernyataan Netanyahu tersebut sebelumnya telah diperingatkan oleh Amerika Serikat (AS), tetapi ia terangan-terangan tak menggubrisnya.
"Kita tidak akan tunduk pada tekanan manapun." ujar Netanyahu, menegaskan.
Bahkan negara sekutunya itu (AS) telah memperingatkan Israel (Netanyahu) tidak akan mendukung operasi besar militer Israel di Rafah, kecuali atau sampai ada kejelasan langkah-langkah telah diambil untuk memastikan keselamatan warga sipil yang berlindung di sana.
Menurut Netanyahu, Israel tidak akan menyerah atas dikte internasional soal masa depan Palestina,
"Kesepakatan akan dicapai hanya melalui pembicaraan langsung antara kedua belah pihak, tanpa syarat sebelumnya," tutur Netanyahu, seperti laporan Times of Israel.
Ia pun menegaskan akan terus menentang keras pengakuan sepihak atas kemerdekaan Palestina.
Oleh karena itu, Netanyahu mengecam gagasan negara-negara yang memberikan pengakuan semacam itu.
Baginya, tidak akan ada hadiah yang lebih besar bagi teror daripada melakukannya setelah serangan pada 7 Oktober.
Ia mengatakan, hal itu juga akan mencegah kesepakatan perdamaian di masa depan.
Menurut Netanyahu, serangan teror mematikan kemarin di selatan Israel menunjukkan bahwa seluruh negara adalah garis depan perang.
"Kemenangan ini ada di depan mata," katanya mengenai perang melawan Hamas.
Setelah memuji pasukan Israel, Netanyahu berbicara tentang para tawanan.
Ia mengatakan kebijakannya adalah tekanan militer yang kuat dan negosiasi yang keras.
"Kami akan terus bertindak seperti ini sampai kita membebaskan semua orang," katanya.
Baca Juga: AS Beri Peringatan Keras Lagi ke Israel atas Rencana Serangan ke Rafah, Netanyahu Tetap Kukuh Tolak
Netanyahu mengatakan, tuntutan Hamas tetap khayalan belaka dan menerima tuntutan tersebut sama saja kekalahan bagi Israel. "Tentu saja, kami tidak akan setuju dengan mereka (Hamas)." ungkap Netanyahu.
"Ketika Hamas menyerah pada tuntutan-tuntutan khayalannya, kita bisa membuat kemajuan," imbuhnya.
Israel, lanjut Netanyahu, hampir bisa mengembalikan penduduk selatannya dengan aman ke rumah mereka.
Ia berpendapat, menciptakan kondisi agar penduduk di utara bisa kembali akan tercapai, baik secara diplomatis maupun militer.
Netanyahu menilai, tekanan militernya di Gaza telah berhasil dengan sebagian besar batalyon Hamas hancur. "Kita tidak akan berhenti sampai semuanya hancur," katanya.
Masih kata Netanyahu, kemenangan total atas Hamas yang memerintah Gaza akan mengirim pesan kepada musuh-musuh Israel yang lain.
Pemimpin Hamas dikatakan sedang melarikan diri dan kehabisan tempat untuk bersembunyi.
"Hari sudah dekat, ketika para pemimpin Hamas tidak akan punya tempat lagi untuk melarikan diri. Hanya masalah waktu," tuturnya.
Lebih dari itu semua, rupanya Netanyahu sudah memberitahukan kepada Presiden AS Joe Biden bahwa Israel akan berupaya sampai kemenangan total hingga serangan di Rafah.
Operasi militer Israel di Rafah, menurutnya, akan dilakukan namun tentu saja hanya setelah warga sipil memiliki kesempatan untuk mengungsi ke daerah aman.
Dia mengakhiri pernyataan dengan seruan untuk persatuan.
Pada sisi lain, Netanyahu juga menceritakan insiden di mana seorang prajurit terluka, Noam Benchlouch yang kehilangan satu kaki di Gaza dan dia temui di rumah sakit.
Walaupun hal ini kemudian menuai kritik dari pengunjung lain bahwa prajurit pahlawan itu bertemu dengan Netanyahu.
Ia mengungkapkan keyakinannya, hanya sebagian kecil warga Israel yang menabur perpecahan dan tetap ada persatuan di IDF, di semua bagian masyarakat dan di seluruh negerinya.
Sumber : Times of Israel
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.