WASHINGTON, KOMPAS.TV - Senat Amerika Serikat (AS) bergerak maju melawan oposisi sayap kanan Republik untuk memberikan bantuan militer senilai 95,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.483 triliun untuk Ukraina, Israel, dan sekutu lainnya, termasuk bantuan kemanusiaan untuk Gaza dan anggaran untuk melawan China. Paket ini menjadi peluang terakhir Presiden Joe Biden saat ini untuk memberikan dukungan dari AS.
Senat tidak memasukkan usulan anggaran untuk mengatasi masalah imigrasi di perbatasan AS-Meksiko setelah sebagian besar senator Republik, mengikuti jejak mantan Presiden Donald Trump, menilai proposal bipartisan itu tidak memadai.
Setelah Senat menyetujui paket pengeluaran darurat, akan kembali bergantung pada Kongres yang dipimpin Partai Republik untuk menyetujui, mengubah, atau menolaknya.
Dalam upaya sebelumnya, Kongres menolak usulan pemerintah AS yang disetujui Senat sehingga kubu Demokrat dan Republik kembali menyusun usulan anggaran, yang kali ini tidak memasukkan anggaran untuk mengurus perbatasan dengan Meksiko.
Baca Juga: Kisah Para Anggota Kongres AS Pembela Palestina Pertahankan Kursi Melawan Lobi Yahudi dan Zionis
Berikut adalah gambaran lebih rinci tentang anggaran yang diusulkan, seperti dilaporkan oleh Associated Press, Sabtu (10/2/2024):
Sekitar 14,1 miliar dolar AS atau setara Rp220 triliun dianggarkan untuk mendukung Israel dan operasi militer AS di wilayah tersebut. Sekitar 4 miliar dolar AS atau Rp62 triliun di antaranya ditujukan untuk pertahanan udara Israel; 1,2 miliar dolar AS atau Rp18,7 triliun untuk senjata laser penangkal dan penghancur peluru kendali bernama Iron Beam; dan 2,5 miliar dolar AS atau Rp39 triliun untuk mendukung operasi militer AS di Timur Tengah.
Undang-undang ini juga berisi 9,2 miliar dolar AS atau Rp143,6 triliun bantuan kemanusiaan untuk warga sipil di Gaza dan Tepi Barat, Ukraina, dan warga lain yang terjebak di zona perang di seluruh dunia.
Perang di Gaza memicu bencana kemanusiaan yang menyebabkan kekurangan kebutuhan paling dasar. Seperempat penduduk Gaza kelaparan.
Senator Chris Van Hollen, Jumat (9/2/2024), mengatakan ia telah berkonsultasi dengan para pemimpin organisasi kemanusiaan internasional yang sudah beroperasi puluhan tahun di zona konflik di seluruh dunia. “Setiap dari mereka menyatakan lembaga mereka belum pernah menyaksikan bencana kemanusiaan seburuk bencana di Gaza," kata Van Hollen.
Baca Juga: Netanyahu Perintahkan Pasukan Israel Merangsek ke Rafah, Malapetaka Besar Mengintai Pengungsi Gaza
Sekitar Lebih dari 60 miliar dolar AS atau Rp936 triliun dalam anggaran itu akan digunakan untuk mendukung Ukraina melawan serangan Rusia dalam perang yang dimulai hampir dua tahun lalu.
Ada sekitar 14 miliar dolar AS atau Rp218,5 triliun dana untuk Ukraina mengisi kembali persenjataannya melalui pembelian senjata dan amunisi dan hampir 15 miliar dolar AS atau Rp234 triliun untuk dukungan pelatihan militer dan intelijen.
Dukungan juga termasuk bantuan non-militer. Sekitar 8 miliar dolar AS atau Rp125 triliun akan digunakan untuk membantu pemerintahan Ukraina bekerja, dan ada 1,6 miliar dolar AS atau Rp25 triliun untuk membantu sektor swasta Ukraina.
Sebagian dari uang yang dialokasikan untuk mendukung Ukraina sebenarnya akan digunakan militer AS memproduksi kembali senjata dan peralatan yang dikirim ke Ukraina.
Pemimpin kubu Republik di Senat, Mitch McConnell, menekankan hal tersebut berkali-kali. Pada Jumat ia mengatakan uang tersebut untuk “mengisi kembali gudang senjata demokrasi dan menunjukkan kepada sekutu dan lawan bahwa kita serius dalam menggunakan kekuatan Amerika.”
Ada juga 480 juta dolar AS atau Rp7,5 triliun dana untuk membantu warga Ukraina yang terdislokasi oleh perang.
Baca Juga: Peringatan Keras AS ke Israel: Serangan atas Rafah akan Jadi Bencana bagi Warga Palestina
Lebih dari 8 miliar dolar AS dalam anggaran tersebut akan digunakan untuk mendukung mitra kunci di Indo-Pasifik dan mencegah agresi China menurut kacamata kepentingan AS.
Tagihan tersebut mencakup hampir 2 miliar dolar AS atau Rp30 triliun rupiah untuk mengisi kembali senjata AS yang diberikan kepada Taiwan dan sekitar 3,3 miliar dolar AS atau Rp51 triliun untuk membangun lebih banyak kapal selam buatan AS sebagai dukungan terhadap kemitraan keamanan dengan Australia dan Inggris.
Tagihan tersebut mencakup sekitar 400 juta dollar atau Rp6 triliun rupiah untuk program hibah yang membantu lembaga nirlaba dan tempat ibadah melakukan peningkatan keamanan dan melindungi mereka dari kejahatan kebencian. Ada juga aturan yang akan memberikan sanksi bagi organisasi kriminal yang terlibat dalam produksi fentanyl.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.