TEL AVIV, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken meninggalkan Timur Tengah pada Kamis (8/2/2024), mengakhiri kunjungan empat negara di wilayah tersebut, dan pulang tanpa hasil ke Washington setelah mendapat penolakan terbuka dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Netanyahu menyatakan serangan ke Gaza akan terus berlanjut hingga Israel menang mutlak, seraya menolak sepenuhnya tanggapan dari Hamas terhadap rencana gencatan senjata yang diajukan.
Perpecahan yang semakin membesar di antara Israel dan sekutu utamanya, Amerika Serikat, telah menjadi kenyataan dalam beberapa bulan terakhir.
Penolakan terang-terangan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terhadap pendapat AS bahwa usulan Hamas bisa berfungsi sebagai titik awal perundingan lebih lanjut, menegaskan kecenderungan ini.
Meskipun demikian, Blinken dan pejabat AS lainnya mengatakan mereka tetap optimis kemajuan bisa dicapai untuk mencapai tujuan utama mereka, yaitu meningkatkan kondisi kemanusiaan bagi warga sipil Palestina, memastikan pembebasan tawanan yang ditahan oleh Hamas, mempersiapkan Gaza pasca-konflik, dan mencegah perluasan perang.
Para pejabat mengatakan optimisme Blinken didasarkan pada empat kunjungan pertamanya setelah 7 Oktober 2023 ke Timur Tengah. Meskipun kunjungan-kunjungan itu tidak menghasilkan kesuksesan yang terlihat secara langsung, namun membawa perbaikan terbatas dan lumayan signifikan dalam pengiriman bantuan kemanusiaan dan gencatan senjata seminggu pada bulan November di mana puluhan tawanan dibebaskan.
“Jelas ada hal-hal yang dikirimkan Hamas yang tidak bisa diterima sama sekali,” kata Blinken mengenai tanggapan kelompok militan tersebut terhadap proposal gencatan senjata dan pembebasan tawanan yang didukung bulan lalu oleh Mesir, Qatar, AS, dan Israel sendiri.
“Tetapi, pada saat yang sama, kami melihat ruang untuk terus mengejar kesepakatan,” kata Blinken pada Rabu malam. “Dan ini selalu merupakan perundingan. Ini bukan seperti memutar sakelar lampu. Ini bukan 'ya' atau 'tidak'. Selalu ada tawar-menawar.”
Baca Juga: Netanyahu Perintahkan Pasukan Israel Merangsek ke Rafah, Malapetaka Besar Mengintai Pengungsi Gaza
Namun, sebelum Blinken berbicara, Netanyahu mengkritik langsung tanggapan Hamas, menyebutnya delusional dan bersumpah bahwa Israel akan terus berjuang untuk mencapai kemenangan mutlak atas kelompok Hamas, tanpa pandang bulu.
Dilema Blinken dibikin makin runyam, Netanyahu juga tampaknya mengabaikan kekhawatiran dari AS dan negara lain tentang perluasan operasi militer Israel di selatan Gaza, terutama di Rafah, daerah di perbatasan Mesir yang menjadi tempat tinggal lebih dari sejuta warga Palestina.
“Dalam kunjungan-kunjungan saya sebelumnya dan hampir setiap hari di antaranya, kami mendesak Israel dengan cara konkret untuk memperkuat perlindungan sipil, memberikan lebih banyak bantuan kepada mereka yang membutuhkannya. Dan selama empat bulan terakhir, Israel mengambil langkah-langkah penting untuk melakukannya,” kata Blinken,
“Namun... biaya harian yang terus diakibatkan oleh operasi militer terhadap warga sipil yang tak bersalah masih terlalu tinggi.” tegas Blinken.
Netanyahu juga menyerukan pembubaran UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, yang merupakan penyalur utama bantuan internasional ke Gaza, karena tuduhan hostilitas terhadap Israel dan dugaan bahwa sebelas karyawannya ikut serta dalam serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang.
AS dan negara donor lainnya menangguhkan bantuan baru kepada UNRWA sampai penyelidikan PBB selesai, tetapi Blinken tetap mengatakan peran badan tersebut kritis untuk menyalurkan pasokan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Gaza.
Blinken menyerukan kepada Netanyahu dan warga Israel yang masih terpukul oleh serangan Hamas agar tidak membiarkan balas dendam mengarahkan respons mereka yang terus-menerus.
Baca Juga: Genosida, Edusida, Ekosida, Domisida, Urbisida: Berbagai Wajah Penghancuran oleh Israel di Gaza
"Pada tanggal 7 Oktober, rakyat Israel mengalami perlakuan yang sangat mengerikan, mereka mengalami penghilangan martabat manusia dengan cara yang tak terbayangkan," ujarnya.
"Dan tawanan-tawanan terus mengalami penurunan derajat kemanusiaan setiap hari sejak saat itu. Namun, hal tersebut tidak dapat dijadikan izin untuk melakukan penurunan derajat kemanusiaan terhadap orang lain." tegas Blinken.
Blinken tiba di Israel hanya beberapa jam setelah menerima kontra-proposal Hamas terhadap kesepakatan gencatan senjata yang diajukan akhir bulan lalu. Proposal itu mencakup rencana tiga fase untuk meredakan konflik.
Di Qatar pada hari Selasa, baik perdana menteri Qatar maupun Blinken mengatakan proposal itu memiliki potensi sebagai titik awal perundingan lebih lanjut.
Dan Blinken menyoroti minat Arab Saudi dalam normalisasi hubungan dengan Israel, asalkan perang Gaza berakhir dan Palestina diberikan jalan menuju negara yang independen, jelas, kredibel, dengan proses menuju kemerdekaan yang punya batas waktu.
“Kami tetap bertekad untuk mengejar jalur diplomatik menuju perdamaian yang adil dan abadi, serta keamanan bagi semua di wilayah ini, khususnya untuk Israel,” kata Blinken di Tel Aviv.
Namun, Netanyahu menentang pembentukan negara Palestina dan mengatakan bahwa Israel akan mempertahankan kontrol keamanan tanpa batas atas Gaza.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.