YERUSALEM, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan membuat dirinya dan pemerintahnya jatuh ke dalam krisis regional, seperti terlihat pada Sabtu (27/1/2024), dengan hubungan yang tegang dengan Mesir, Qatar, dan Yordania.
Ini disebabkan oleh kebijakannya yang diklaim oleh oposisi sebagai "mengancam keamanan Israel."
Krisis Netanyahu dengan tiga negara kunci di wilayah ini mulai mendominasi berita di media Israel dalam 24 jam terakhir, seperti dilaporkan oleh Anadolu, Sabtu (27/1/2024).
Baca Juga: Israel Tolak Keras Perintah Mahkamah Internasional, Netanyahu Bertekad Gempur Hamas sampai Menang
Analis politik Israel, Itamar Eichner, Rabu (24/1) mengungkapkan Netanyahu mencoba menghubungi Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, namun ditolak.
''Ternyata, Netanyahu melakukan panggilan melalui Dewan Keamanan Nasional, tetapi Mesir memilih untuk tidak menerimanya,'' tulis Eichner dalam surat kabar Yedioth Ahronoth.
''Kantor Perdana Menteri berusaha meremehkan, mengeklaim panggilan itu akan dilakukan di lain waktu,'' katanya. ''Upaya panggilan telepon yang gagal oleh Netanyahu mungkin terkait dengan ketegangan baru-baru ini dari pihak Mesir, yang semakin terganggu oleh pernyataan Israel mengenai Koridor Philadelphi.”
Koridor tersebut adalah jalur sempit di dalam Jalur Gaza, membentang sejauh 14 kilometer sepanjang perbatasan antara Gaza dan Mesir.
Menurut Perjanjian Camp David 1979 antara Mesir dan Israel, jalur ini adalah zona demiliterisasi yang berada di bawah kendali Israel sebelum Tel Aviv mundur dari Jalur Gaza pada tahun 2005.
Netanyahu berulang kali menyatakan dalam beberapa minggu terakhir bahwa wilayah Koridor Philadelphi harus berada di bawah kendali Israel.
Mesir memperingatkan Israel pada awal pekan ini bahwa pengambilalihan militer terhadap koridor tersebut akan merusak hubungan antara Kairo dan Tel Aviv.
Surat kabar Maariv pada Kamis menyatakan perang di Gaza menimbulkan tantangan sulit bagi hubungan Israel-Mesir.
Tantangan tersebut melibatkan kekhawatiran Mesir terkait masuknya warga Palestina dari Gaza ke Semenanjung Sinai, pengiriman bantuan kemanusiaan dari Mesir ke Gaza melalui perlintasan Rafah dan Kerem Shalom, serta kendali atas koridor tersebut.
Baca Juga: Dunia Sambut Keputusan Mahkamah Internasional atas Israel, Desak agar Diterapkan Sesegera Mungkin
Rekaman bocor Netanyahu pada Rabu selama pertemuan dengan keluarga tawanan Israel di Gaza mengungkapkan ia mengkritik upaya mediasi Doha antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, yang bertujuan untuk memastikan pelepasan tawanan yang tersisa.
Pernyataan Netanyahu memicu tanggapan tajam dari Doha.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al-Ansari, menulis di X: ''Kami terkejut dengan pernyataan yang diduga dilontarkan oleh Perdana Menteri Israel dalam berbagai laporan media tentang peran mediasi Qatar.''
''Pernyataan ini, jika terbukti benar, adalah tidak bertanggung jawab dan merusak upaya untuk menyelamatkan nyawa yang tidak bersalah, meskipun tidak mengejutkan,'' tambahnya.
Rekan dekat Netanyahu mencoba menempatkan tanggung jawab atas rekaman bocor pada keluarga tawanan, klaim yang sangat dibantah oleh keluarga tersebut.
''Semua percakapan yang terjadi dalam pertemuan dengan Perdana Menteri direkam oleh kantor dan rekan-rekan yang hadir dalam pertemuan tersebut,'' kata Haim Rubinstein, juru bicara keluarga, dalam sebuah pernyataan.
''Keluarga yang berpartisipasi dalam pertemuan itu diminta untuk menyerahkan ponsel mereka di pintu masuk,'' kata Rubinstein.
Juru bicara menyebut kebocoran tersebut sebagai ''masalah serius yang menunjukkan [Netanyahu] kehilangan kontrol.''
Baca Juga: Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Stop Bunuh Rakyat Palestina di Gaza, Kasus Genosida Lanjut
Krisis Netanyahu juga menyeret tetangga timurnya, Yordania, karena Israel mengatakan sedang mempertimbangkan keputusan untuk tidak memperpanjang perjanjian air dengan Yordania karena kritik Amman terhadap serangan militer Israel yang mematikan terhadap Jalur Gaza, menurut media Israel pada Kamis (25/1).
''Kementerian Energi sedang meneliti keputusan untuk tidak memperpanjang perjanjian air dengan Yordania akibat pernyataan anti-Israel dari pejabat senior Yordania,'' kata media Israel KAN.
Yordania dan Israel punya perjanjian pembelian 50 juta meter kubik air oleh Yordania dari Tel Aviv dalam Perjanjian Perdamaian 1994.
Tahun 2021, kedua negara menandatangani perjanjian yang memungkinkan Amman membeli tambahan 50 juta meter kubik air dari Israel sebagai imbalan produksi listrik dari Amman ke Tel Aviv.
''Keputusan akhir belum diambil,'' kata KAN. ''Isu ini tergantung pada perkembangan hubungan dengan Yordania dan bagaimana Yordania akan menyatakan posisinya tentang perang dalam waktu dekat.''
Situs web YNET pada Kamis mencatat Netanyahu berselisih dengan dua perantara kunci, Qatar dan Mesir, dalam negosiasi pembebasan tawanan Israel.
Situs tersebut menekankan bahwa hubungan dengan Doha dan Kairo sangat penting untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas untuk melepaskan tawanan.
Israel meluncurkan serangan terhadap Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, membunuh setidaknya 25.700 warga sipil Palestina dan melukai 63.740 warga lainnya. Hampir 1.200 warga Israel diklaim tewas dalam serangan Hamas.
Perang Israel telah membuat 85% penduduk Gaza mengungsi secara internal di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang akut, sementara lebih dari setengah infrastruktur enklaf tersebut rusak atau hancur, menurut PBB.
Sumber : Anadolu / Yedioth Ahronoth / KAN Radio Israel
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.