Serangan itu terjadi sehari setelah Moskow menolak setiap kesepakatan yang didukung oleh Kiev dan sekutu-sekutu Baratnya untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung hampir dua tahun itu.
Ukraina mengeklaim berhasil menembak jatuh setidaknya 21 dari rudal-rudal tersebut. Namun serangan itu melukai setidaknya 20 orang di empat distrik di Kiev, ibu kota Ukraina.
Sistem pertahanan udara tambahan dan amunisi tetap menjadi kebutuhan utama Ukraina, kata Singh.
Pentagon mengumumkan bantuan keamanan terakhir untuk Ukraina pada 27 Desember 2023, paket senilai USD250 juta yang mencakup amunisi artileri kaliber 155 mm, rudal anti-pesawat Stinger, dan barang-barang lainnya yang paling dibutuhkan dari stok AS yang sudah ada.
Baca Juga: Rusia dan AS Bertikai Sengit di DK PBB, Moskow Tuduh Washington Ingin Curi Sumber Daya Ukraina
AS tidak dapat menyediakan amunisi tambahan sejak saat itu karena dana untuk mengisi ulang stok tersebut telah habis dan Kongres belum menyetujui dana tambahan.
Lebih dari USD110 miliar bantuan untuk Ukraina dan Israel tertahan karena ketidaksepakatan antara Kongres dan Gedung Putih terkait prioritas kebijakan lainnya, termasuk keamanan tambahan untuk perbatasan AS-Meksiko.
AS telah memberikan lebih dari USD44,2 miliar bantuan keamanan kepada Ukraina sejak Rusia menyerbu pada Februari 2022.
Sebanyak USD23,6 miliar berasal dari stok militer yang sudah ada dan hampir USD19 miliar dikirim dalam bentuk kontrak militer jangka panjang, untuk barang-barang yang perlu waktu pembuatan berbulan-bulan.
Jadi, meskipun dana telah habis, beberapa senjata yang sudah dibeli sebelumnya, akan terus mengalir.
Sebanyak USD1,7 miliar disediakan oleh Departemen Luar Negeri AS dalam bentuk pendanaan militer asing.
AS dan sekitar 30 sekutunya juga terus melatih pasukan Ukraina, dan hingga saat ini diklaim telah melatih total 118.000 orang Ukraina di berbagai lokasi di seluruh dunia, kata Kolonel Marty O’Donnell, juru bicara Angkatan Darat AS di Eropa dan Afrika.
AS melatih sekitar 18.000 personil, termasuk sekitar 16.300 tentara di Jerman. Sekitar 1.500 pejuang tambahan saat ini sedang menjalani pelatihan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.