CAPE CANAVERAL, KOMPAS.TV - Dua perusahaan swasta berupaya untuk mengajak Amerika Serikat (AS) kembali ikut serta dalam pendaratan di Bulan. Percobaan pendaratan di Bulan kembali dilakukan lebih dari lima dekade setelah program Apollo berakhir.
Ini adalah bagian dari upaya yang didukung Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) untuk memulai pengiriman komersial ke Bulan. Saat ini, NASA tengah berfokus untuk membawa kembali astronot ke bulan.
“Mereka adalah pengintai yang pergi ke Bulan yang berada di hadapan kita,” kata Administrator NASA Bill Nelson, seperti dikutip dari The Associated Press.
Teknologi Astrobotik Pittsburgh menjadi yang pertama berangkat ke Bulan dengan rencana peluncuran pendaratan pada Senin mendatang. Mereka menggunakan roket baru, yaitu Vulcan dari United Launch Alliance.
Setelah itu, mesin Intuitif Houston berencana akan meluncurkan pendaratan pada pertengahan Februari. Mereka akan melakukan penerbangan dengan SpaceX.
Baca Juga: Kisah Nenek 78 Tahun Digugat Menantu karena Diduga Gelapkan Cincin Kawin, Dipenjara 3 Bulan 21 Hari
Selain misi dua perusahaan AS tersebut, Jepang juga akan mencoba mendarat di Bulan. Jika berhasil, Jepang akan menjadi negara kelima yang melakukan pendaratan di Bulan.
Rusia dan AS melakukannya berulang kali pada era 1960an dan 70an. Sedangkan China telah mendarat tiga kali dalam satu dekade terakhir – termasuk di sisi terjauh Bulan – dan akan kembali ke sisi terjauh Bulan pada akhir tahun ini untuk membawa kembali sampel Bulan.
Kemudian pada musim panas lalu, India juga berhasil melakukannya. Namun, hanya AS yang pernah mengirim astronot ke Bulan.
Mendarat tanpa merusak Bulan bukanlah hal yang mudah. Hampir tidak ada atmosfer yang memperlambat pesawat ruang angkasa, dan parasut jelas tidak akan berfungsi.
Artinya, pendarat harus turun menggunakan pendorong, sambil melewati tebing dan kawah berbahaya.
Perusahaan milik jutawan Jepang, Ispace, mengalami pendaratan darurat di Bulan pada April lalu, diikuti oleh pendaratan darurat Rusia pada Agustus.
India mendarat beberapa hari kemudian di dekat wilayah kutub selatan. Ini adalah percobaan kedua yang dilakukan negara tersebut setelah jatuh pada 2019.
Selain itu, sebuah organisasi nirlaba Israel juga mengalami kecelakaan pada 2019.
Amerika Serikat belum pernah melakukan pendaratan di Bulan sejak Gene Cernan dan Harrison Schmitt dari Apollo 17. Mereka merupakan yang terakhir dari 12 penjelajah Bulan, yang dilakukan pada Desember 1972.
Mesin Astrobotik dan Intuitif tidak hanya ingin mengakhiri puasa pendaratan di Bulan bagi AS, namun juga ingin meneguhkan diri sebagai entitas swasta pertama yang mendarat di satelit Bumi itu.
Baca Juga: Negara Ini Dijuluki Sebagai Surganya Introver, Diberi Uang Senilai Rp7,4 Juta Setiap Bulannya!
Meskipun peluncurannya terlambat, Mesin Intuitif memiliki tembakan yang lebih cepat dan langsung. Mereka diperkirakan akan mendarat dalam waktu seminggu setelah lepas landas.
Sedangkan Astrobotic memerlukan waktu dua minggu untuk sampai ke Bulan dan membutuhkan waktu selaman satu bulan lagi di orbit Bulan. Kemudian pendaratan di Bulan diperkirakan akan dilakukan pada 23 Februari.
“Ini akan menjadi perjalanan yang sangat liar,” ujar kepala eksekutif Astrobotic, John Thornton.
Rekannya di Intuitive Machines, Steve Altemus, mengatakan perlombaan antariksa ini sebetulnya lebih berkaitan dengan situasi geopolitik. Ke mana China menuju, dan ke mana seluruh dunia menuju.
“Artinya, kami tentu ingin menjadi yang pertama,” ujarnya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.