TOKYO, KOMPAS.TV - Pada 2 Januari 2024 saat Japan Airlines Flight 516 mendekati Bandara Haneda Tokyo, segalanya tampak berjalan lancar dalam penerbangan rutin selama 90 menit dari Sapporo, Jepang utara.
Pada pukul 17.43 waktu setempat (15.43 waktu Jakarta), staf menara kontrol memberi tahu pilot Airbus SE A350-900 untuk melanjutkan pendekatan mereka ke Haneda. Satu setengah menit kemudian, penerbangan diberi izin untuk mendarat, seperti yang terdengar dalam rekaman audio di LiveATC.net, pelacak komunikasi bandara.
Namun, kurang dari tiga menit setelah itu, pesawat dengan 379 penumpang di dalamnya terbakar setelah menabrak pesawat De Havilland Canada Dash 8 yang jauh lebih kecil yang dioperasikan oleh penjaga pantai Jepang, tepat saat menyentuh landasan.
"Sedang terjadi kebakaran di landasan 34R," ujar pembicara yang tidak diidentifikasi.
Tabrakan di landasan 34R, yang juga dikenal sebagai Landasan C, menciptakan bola api di titik dampak. Video kejadian menunjukkan badan pesawat JAL meledak menjadi bola api saat meluncur di landasan hingga berhenti.
Berkat penanganan penyelamatan yang cepat, seluruh 367 penumpang dan 12 kru berhasil dievakuasi, meskipun asap memenuhi kabin A350.
Sayangnya, lima dari enam awak pesawat penjaga pantai yang bersiap-siap untuk misi bantuan gempa bumi tewas, seperti yang diumumkan oleh pemerintah.
Baca Juga: Detik-Detik Pesawat Japan Airlines Terbakar saat Mendarat, 5 Penjaga Pantai Ditemukan Tewas
Dalam konferensi pers malam itu, pejabat JAL menyatakan yakin bahwa Flight 516 mendapat izin untuk mendarat, meskipun belum dapat menyimpulkan apapun. Belum jelas apakah pesawat penjaga pantai juga mendapatkan izin untuk berada di landasan, karena instruksi terdengar tidak jelas dalam rekaman ATC.
Kemungkinan kesalahan manusia adalah dari pihak maskapai, penjaga pantai, atau pengendali lalu lintas udara atau ATC, menurut analis perjalanan dan penerbangan Jepang, Kotaro Toriumi.
Diperkirakan gangguan di bandara akan berlanjut hingga 3 Januari, dengan puluhan penerbangan dibatalkan, menurut situs web Bandara Haneda.
Pada Selasa malam 2 Januari, Kementerian Transportasi Jepang dan pejabat penjaga pantai mengumumkan penyelidikan untuk mengetahui penyebab kejadian dan bagaimana bisa dihindari. Dewan keselamatan transportasi kementerian akan menyelidiki apakah ada ketidakpahaman dalam operasi pengendalian lalu lintas udara.
Airbus menyatakan akan memberikan bantuan teknis kepada otoritas Prancis dan Jepang yang menyelidiki kecelakaan tersebut. Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, yang sudah sibuk menangani gempa bumi besar di awal tahun baru, memerintahkan bantuan kepada korban.
Menurut FlightRadar24, JL 516 lepas landas dari Bandara New Chitose dekat Sapporo pukul 16.27 waktu setempat. Pesawat A350 yang berusia dua tahun itu mendarat pukul 17.47 dan langsung mengalami situasi darurat.
Video yang diunggah penumpang ke media sosial menunjukkan penggunaan slide darurat di pintu keluar di kedua sisi pesawat. Pesawat terlihat miring ke depan dengan roda pendaratan depan yang roboh, api menjilati jendelanya, dan asap membubung di sepanjang badannya. Layanan pemadam kebakaran kemudiang langsung berusaha menanggulangi kobaran api.
Baca Juga: Tabrakan Pesawat di Bandara Tokyo, Pesawat Japan Airlines Terbakar
Video selanjutnya menunjukkan seluruh pesawat dilalap oleh api, merusak pesawat hingga tak bisa diperbaiki. NHK melaporkan setidaknya 17 orang di penerbangan JAL mengalami luka.
Dalam uji sertifikasi, pesawat modern harus dapat dievakuasi sepenuhnya dalam waktu tidak lebih dari 90 detik, hanya dengan menggunakan setengah dari jumlah slide darurat yang tersedia. Meskipun simulasi dilakukan dalam kondisi kacau, Airbus A380 yang besar berhasil dievakuasi dalam jendela waktu itu, bahkan dengan beberapa detik tersisa.
Pejabat menyatakan kapten pesawat penjaga pantai yang lebih kecil berhasil lolos dari maut dan masih sadar. NHK melaporkan bahwa pria berusia 39 tahun itu mengalami luka serius.
Kecelakaan ini membuat pesawat A350 menjadi yang pertama kali hancur dalam kecelakaan. Japan Airlines mengoperasikan armada 16 A350-900, dengan kapasitas 369 atau 391 penumpang dalam konfigurasi domestik berkepadatan tinggi. Maskapai ini telah menggunakan jenis pesawat ini sejak 2019.
Tabrakan di darat antara pesawat jarang terjadi, dan kerusakan biasanya kecil karena tabrakan cenderung terjadi selama pergerakan pesawat yang lebih lambat. Namun, bencana penerbangan terburuk terjadi pada tahun 1977, ketika dua pesawat jumbo Boeing 747 bertabrakan di landasan di Bandara Los Rodeos di pulau Spanyol, Tenerife, menewaskan 583 orang.
Bandara Haneda tidak pernah mengalami kecelakaan fatal pesawat sejak Februari 1982, ketika pesawat McDonnell Douglas yang dioperasikan oleh JAL jatuh di dekat lapangan terbang ke Tokyo Bay, menewaskan 24 dari 174 orang di dalamnya, menurut Aviation Safety Network.
Landasan yang tidak terpengaruh di Haneda dibuka kembali pada malam 2 Januari, sementara beberapa penerbangan masuk dialihkan ke bandara lain.
"Kami bertujuan untuk segera menghidupkan kembali operasi penerbangan di Haneda," kata Menteri Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata Tetsuo Saito.
Sumber : Bloomberg
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.