"Ini rutinitas kami: pemboman, pembantaian, dan syuhada," kata Saeed Moustafa, seorang warga Palestina dari kamp Nuseirat. Dia mengatakan bisa mendengar ledakan sporadis dan tembakan di Nuseirat dan di kamp Bureij dan Maghazi yang terdekat.
"Saat kita bicara, ada ledakan besar tidak jauh dari rumah saya," kata dia dalam panggilan telepon pada hari Senin pagi.
Militer Israel mengatakan serangan udara membunuh Adel Mismah, seorang komandan wilayah pasukan elit Hamas Nukhba, di kota tengah Deir al-Balah.
Hamas melepaskan salvo besar roket ke Israel, termasuk ke pusat bisnisnya, Tel Aviv, saat lonceng tengah malam Tahun Baru bergema.
Baca Juga: Netanyahu Klaim Moralitas Israel Tak Tertandingi, Bantah Tuduhan Afsel di Mahkamah Internasional
Operasi Militer yang Berbeda
Israel mengatakan perang ini akan berlangsung selama berbulan-bulan. Mereka berkilah perlu waktu untuk membersihkan Gaza dari senjata dan infrastruktur Hamas serta mencegah Hamas dapat melakukan serangan lebih lanjut.
Israel menolak seruan gencatan senjata jangka panjang, dengan mengatakan hal itu akan dianggap sebagai kemenangan bagi Hamas.
Shlomo Brom, seorang jenderal bintang satu yang pensiun dan pernah bertanggung jawab atas perencanaan strategis di militer Israel, mengatakan perubahan pasukan mungkin sebagai hasil dari tekanan AS.
Dia mengatakan ini menunjukkan pergeseran dalam cara Israel melakukan perang di beberapa wilayah, "Perang ini tidak berhenti," kata Brom. "Ini adalah awal dari mode operasi yang berbeda."
Warga Israel pada umumnya mendukung tujuan perang, meskipun biaya dalam nyawa prajurit semakin meningkat.
Pada akhir pekan, militer Israel mengumumkan jumlah prajurit yang tewas sejak operasi darat dimulai hingga hari Senin, total 172 prajurit, 18 di antaranya tewas akibat tembakan dari pasukan sendiri, sementara 11 lainnya meninggal akibat kesalahan senjata atau kelengkapan atau kecelakaan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.