BEIRUT, KOMPAS.TV - Militer Amerika Serikat hari Minggu (31/12/2023) mengumumkan telah menembaki kapal pemberontak Houthi setelah kelompok tersebut menyerang kapal kargo di Laut Merah.
Serangan ini pun mengakibatkan beberapa kematian, memperburuk konflik maritim yang terkait dengan perang di Gaza.
Dalam rangkaian pernyataan, U.S. Central Command mengungkapkan kru kapal perusak USS Gravely pertama kali menanggapi dengan menembak jatuh dua rudal balistik anti-kapal yang ditembakkan menuju kapal kargo Maersk Hangzhou bendera Singapura hari Sabtu malam.
Serangan ini terjadi setelah kapal melaporkan terkena rudal pada malam sebelumnya saat melintasi Selatan Laut Merah, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, Senin (1/1/2024).
Adapun pada Minggu pagi (31/12/2023) kemarin, empat perahu kecil menyerang kapal kargo yang sama dengan tembakan senjata ringan, dan pemberontak berusaha menaiki kapal, ungkap Angkatan Laut AS.
USS Gravely dan helikopter dari kapal induk USS Dwight D. Eisenhower merespons panggilan darurat Maersk Hangzhou, memberikan peringatan lisan kepada para penyerang. Para penyerang menjawab dengan menembaki helikopter.
“Helikopter Angkatan Laut AS membalas tembakan dalam pembelaan diri, menyebabkan tenggelamnya tiga dari empat perahu dan menewaskan orang-orang di dalamnya."
Perahu keempat melarikan diri dari area tersebut. U.S. Central Command melaporkan tidak ada kerusakan pada personel atau peralatan AS, dan tidak ada korban dari kapal kargo.
Pihak Houthi mengakui 10 personil mereka tewas dalam konfrontasi tersebut dan mengancam akan ada konsekuensi lebih lanjut.
Kejadian di sekitar Maersk Hangzhou menandai serangan ilegal ke-23 oleh Houthi terhadap pengiriman internasional sejak 19 November, menurut Central Command. Ini adalah pertama kalinya Angkatan Laut AS menyatakan personelnya menembak mati personil kelompok Houthi sejak serangan di Laut Merah dimulai.
Baca Juga: Intelijen AS Ungkap Iran Terlibat Rencana Operasi Houthi yang Menyerang Kapal di Laut Merah
Houthi yang didukung oleh Iran mengklaim serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah selama lebih dari sebulan.
Mereka mengatakan serangan mereka terkait dengan Israel atau kapal yang menuju ke pelabuhan Israel. Houthi menyatakan bahwa serangan ini bertujuan untuk mengakhiri serangan udara dan darat Israel di Jalur Gaza yang dipicu oleh serangan kelompok militan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober di selatan Israel.
Namun, keterkaitan serangan Houthi dengan kapal yang menjadi sasaran semakin meragukan seiring berlanjutnya serangan tersebut.
Perusahaan pengiriman Denmark, Maersk, yang memiliki Maersk Hangzhou, hari Minggu mengumumkan mereka akan menghentikan pengiriman melalui Laut Merah setelah dua serangan terhadap kapal kargo mereka.
"Dalam situasi saat ini, dan untuk memberi waktu untuk menyelidiki detail kejadian dan menilai situasi keamanan lebih lanjut, diputuskan semua perlintasan melalui area tersebut akan ditunda selama 48 jam ke depan," kata Maersk, seperti yang dilaporkan oleh stasiun penyiaran publik Denmark, DR.
Hari Sabtu, komandan tertinggi angkatan laut AS di Timur Tengah menyatakan pemberontak Houthi tidak menunjukkan tanda-tanda menghentikan serangan yang berbahaya terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah.
Ini terjadi meskipun lebih banyak negara bergabung dalam misi maritim internasional untuk melindungi kapal-kapal di jalur air yang vital ini, dan lalu lintas perdagangan mulai meningkat.
Baca Juga: Serangan Houthi Atas Kapal di Laut Merah Bikin Barat Kebakaran Jenggot dan Bertindak: Ini Kenapa
Pada awal bulan ini, Washington mengumumkan pembentukan koalisi internasional baru untuk melindungi kapal-kapal yang melintasi jalur air tersebut. Britania Raya, Bahrain, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol juga bergabung dalam misi keamanan maritim baru ini.
Sejak Pentagon mengumumkan Operasi Prosperity Guardian untuk menanggapi serangan tersebut lebih dari 10 hari yang lalu, lebih dari 1.200 kapal dagang telah melintasi wilayah Laut Merah, dan tidak ada yang terkena serangan drone atau rudal, kata Wakil Laksamana Brad Cooper kepada Associated Press dalam wawancara pada hari Sabtu.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.