Badan PBB untuk pengungsi Palestina menyatakan kampanye militer Israel yang berlanjut tidak menyisakan tempat yang aman di seluruh wilayah yang sempit tersebut.
Baca Juga: NYELENEH! Ukraina Pindahkan Tanggal Hari Natal Agar Tak Sama dengan Rusia, Alasannya Cuma karena Ini
Tidak ada kesempatan untuk kebahagiaan
Sebelum perang saudara Suriah meletus pada tahun 2011, Suriah menjadi rumah bagi lebih dari 1,2 juta umat Kristen, meskipun jumlah besar di antaranya telah melarikan diri sejak itu.
Konflik tersebut meredam perayaan Natal, tetapi kegembiraan kembali meningkat dalam beberapa tahun terakhir ketika garis depan pertempuran runtuh, dan pasukan pemerintah Suriah merebut kendali atas sebagian besar wilayah negara itu.
Namun, kesedihan kini merajalela di jalanan ibukota Damaskus. Perayaan dibatasi hanya pada satu pasar, sementara Katedral Ortodoks Yunani Mariamite di Damaskus hanya menghiasi dengan dekorasi sederhana dan pohon kecil di halamannya.
Rachel Haddad, penduduk Damaskus berusia 66 tahun, mengatakan ia telah terpaku pada ponselnya selama lebih dari dua bulan, membaca berita tentang kehancuran di Gaza, dan tidak punya hati untuk menyiapkan pohon Natal.
"Tahun ini sangat sedih. Dimulai dengan gempa bumi dan diakhiri dengan perang di Gaza," kata Haddad, merujuk pada gempa bumi pada 6 Februari yang melanda selatan Turki dan Suriah, menewaskan setidaknya 55.000 orang.
"Tidak ada kesempatan untuk kebahagiaan," katanya, juga menyalahkan masalah ekonomi Suriah.
Ekonomi negara hancur oleh perang, dengan kekurangan bahan bakar yang terus-menerus dan pemadaman listrik harian yang panjang menjadi kenyataan hidup, "Jika tidak ada listrik, bagaimana Anda akan melihat dekorasi dan lampu-lampu itu?" tanya Haddad.
Sumber : France24 / Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.