Dandy Rafitrandi, seorang ekonom dari lembaga pemikir Centre for Strategic and International Studies, seperti laporan Al-Jazeera mengatakan pertanyaan yang diajukan oleh panel ahli sangat spesifik dan membutuhkan pemahaman setiap kandidat tentang topik ekonomi.
Menurut Rafitrandi, pemahaman lemah para kandidat tentang ekonomi terlihat pada beberapa momen, termasuk ketika pertanyaan beralih ke pembiayaan proyek dan program pemerintah.
"Gibran menjelaskan beberapa program, misalnya, program makan siang gratis senilai Rp400 triliun, tetapi tidak menjelaskan sumber pembiayaan," kata Rafitrandi.
Pada saat lain dalam debat, Muhaimin mengatakan dia dan calon presiden Anies Baswedan, mantan gubernur Jakarta, ingin membangun 40 kota baru di seluruh Indonesia untuk menyaingi Jakarta, tanpa menjelaskan bagaimana ini akan dibiayai.
Titik utama konflik malam itu muncul ketika para kandidat berselisih pendapat tentang Nusantara, ibu kota baru Indonesia, yang saat ini sedang dibangun di hutan Kalimantan.
Rencana ini, yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, melibatkan pemindahan Jakarta, yang padat, penuh kabut asap, dan tenggelam akibat ekstraksi air tanah ilegal, dengan biaya proyek yang diproyeksikan mencapai 1,3 miliar dolar AS.
Proyek ini dipandang kesulitan mendapatkan investasi asing, yang direncanakan untuk menutupi sebagian besar biayanya yang besar, dan dianggap hanya menarik investor lokal, sesuatu yang Mahfud pertanyakan kepada Gibran mengingat dukungannya terhadap rencana tersebut.
Gibran menjawab Mahfud bisa "mencari di Google" siapa yang berinvestasi dalam proyek tersebut dan menyerang Muhaimin karena "inkonsisten" setelah sebelumnya mendukung skema tersebut.
Baca Juga: TPN Ganjar-Mahfud: Tanyakan Singkatan, Debat Jadi Tak Berkualitas!
Mahfud juga sebelumnya mendukung Nusantara, dan hanya Anies dan Muhaimin yang mengatakan mereka akan membatalkan proyek tersebut jika terpilih, dengan alasan uangnya dapat digunakan lebih baik di tempat lain di Kalimantan dan bagian lain dari negara ini.
Nusantara tidak diharapkan menjadi faktor penentu dalam pemilihan ini, dengan beberapa jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa Prabowo dan Gibran unggul 20 poin atas Ganjar Pranowo, mantan gubernur Jawa Tengah, dan Mahfud MD.
"Gibran adalah pemenang jelas dari debat malam ini. Ini menetapkan standar tinggi dan akan lebih sulit bagi tim Anies dan Ganjar untuk mengejarnya, terutama dalam hal ekonomi dan isu investasi," kata Arifianto dari RSIS.
"Sayangnya, baik Mahfud maupun Muhaimin adalah kandidat satu isu yang bagus hanya untuk isu mereka masing-masing [hukum dan isu keagamaan], tetapi kurang bagus dalam hal lain."
Namun, tidak semua orang terkesan dengan penampilan dinamis Gibran. Beberapa menyebut Gibran menempatkan gaya di atas substansi.
"Ia dipersiapkan lebih baik dibandingkan dua kandidat lainnya, yang kemungkinan akan membuat beberapa pemilih terkesan. Namun, tanggapannya kurang substansial dari sisi kebijakan, hanya bergantung pada kombinasi slogan dan fakta-fakta," kata Ian Wilson, seorang dosen studi politik dan keamanan di Universitas Murdoch di Perth, Australia.
Namun, sementara Gibran mungkin ingin melepaskan diri dari stigma "nepo baby", mungkin sulit untuk melepaskan sepenuhnya citra keluarganya, tambah Wilson.
"Gibran menunjukkan bahwa dia, meskipun berupaya untuk mengemas dirinya sebagai pemikir milenial yang segar, masih sangat anak bapaknya, menguatkan komitmennya untuk melanjutkan kebijakan-kebijakan khas Jokowi seperti proyek ibu kota Nusantara," katanya.
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.