Baca Juga: PM Spanyol Khawatir dengan Masa Depan Rakyat Palestina di Gaza, Tak Ingin Israel Berkuasa di Sana
Militer Israel tidak menyebutkan jenis yang mereka gunakan. Mereka mengatakan setiap serangan telah mendapat persetujuan dari penasihat hukum untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum internasional.
“Kami memilih amunisi yang tepat untuk setiap target, sehingga tidak menyebabkan kerusakan yang tidak perlu,” kata juru bicara utama angkatan darat, Laksamana Muda Daniel Hagari.
Para ahli senjata telah dapat menarik kesimpulan dengan menganalisis serpihan ledakan yang ditemukan di lokasi, gambar satelit, dan video yang beredar di media sosial. Mereka mengatakan temuan ini hanya memberikan sekilas pandang tentang cakupan penuh perang udara.
Sejauh ini, serpihan bom Joint Direct Attack Munitions (JDAM) buatan Amerika Serikat dan bom berdiameter lebih kecil telah ditemukan di Gaza, menurut Brian Castner, penyelidik senjata Amnesty International.
Bom JDAM adalah penghancur bunker berpandu presisi seberat 450 dan 900 kilogram.
“Ini mengubah tanah menjadi cair,” kata Marc Garlasco, mantan pejabat pertahanan Pentagon dan penyelidik kejahatan perang untuk PBB. “Ini meratakan seluruh bangunan.”
Dia mengatakan ledakan bom 900 kg di udara berarti "kematian instan" bagi siapa pun dalam radius sekitar 30 meter. Fragmentasi mematikan dapat meluas hingga 365 meter.
Pada serangan 31 Oktober di kamp pengungsi perkotaan Jabaliya, para ahli mengatakan bom 900 kg langsung membunuh lebih dari 100 warga sipil.
Para ahli juga mengidentifikasi serpihan bom SPICE (Smart, Precise Impact, Cost-Effective) berbobot 900 kg, yang dilengkapi dengan sistem panduan GPS untuk membuat penargetan lebih tepat.
Castner mengatakan bom tersebut diproduksi oleh raksasa pertahanan Israel, Rafael. Namun, rilis Departemen Luar Negeri AS yang baru-baru ini diperoleh oleh The New York Times menunjukkan sebagian teknologinya diproduksi di AS.
Militer Israel juga menjatuhkan bom "bodoh" yang tidak dipandu. Beberapa ahli menunjuk pada dua foto yang diunggah di media sosial oleh Angkatan Udara Israel di awal perang yang menunjukkan pesawat tempur yang dilengkapi dengan bom tidak dipandu.
Baca Juga: Laporan PBB: Lebih dari 570.000 Orang di Gaza Kini Kelaparan akibat Serangan Israel
Israel mengatakan punya dua tujuan: menghancurkan Hamas dan menyelamatkan 129 sandera yang masih ditahan oleh Hamas.
Sebelas minggu setelah perang dimulai, Israel mengeklaim telah menghancurkan banyak situs Hamas dan ratusan terowongan serta membunuh 7.000 pejuang Hamas dari perkiraan kekuatan 30.000 hingga 40.000 personel Hamas. Pemimpin Israel mengatakan tekanan militer intens adalah satu-satunya cara untuk membebaskan lebih banyak sandera.
Namun, beberapa keluarga sandera khawatir bahwa pengeboman membahayakan orang yang mereka cintai.
Sandera yang dibebaskan selama gencatan senjata sepekan bulan lalu menceritakan bahwa para penculik memindahkan mereka dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menghindari bombardemen Israel.
Hamas mengeklaim beberapa sandera tewas akibat bom Israel, meskipun klaim tersebut belum dapat diverifikasi.
Tingkat kerusakan sangat tinggi karena "Hamas sangat menyatu dalam populasi sipil," kata Efraim Inbar, kepala Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem, sebuah think tank. Dia juga mengatakan pengeboman intensif terhadap terowongan Hamas diperlukan untuk melindungi pasukan darat Israel dari serangan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.