NEW YORK, KOMPAS.TV - Amerika Serikat menjatuhkan veto terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang bertujuan mendeklarasikan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, dengan Inggris memilih untuk abstain. Dengan veto AS, resolusi tersebut tidak diadopsi, mengindikasikan kegagalan dunia untuk menghentikan serangan bom dan pembunuhan terhadap warga sipil Gaza oleh tentara Israel.
Resolusi yang gagal ini mencatat penggunaan Pasal 99 oleh Sekretaris Jenderal, menyatakan keprihatinan serius atas "situasi bencana" di Gaza, dan menekankan perlunya melindungi warga sipil Palestina dan Israel.
Resolusi tersebut menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera, serta pembebasan tawanan dan akses kemanusiaan tanpa syarat.
Wakil Tetap AS, Robert A. Wood, saat menyampaikan veto mengatakan AS terlibat dengan sungguh-sungguh dalam melakukan pembahasan teks resolusi, sambil menyatakan, "Sayangnya, hampir semua saran kami diabaikan," menghasilkan "resolusi yang tidak seimbang dan terputus dari kenyataan yang tidak akan membawa perubahan nyata di lapangan. Dan oleh karena itu, dengan menyesal, kami tidak bisa mendukungnya."
Dia menyatakan AS masih tidak dapat memahami mengapa para penulis resolusi menolak untuk menyertakan bahasa yang mengutuk "serangan teroris mengerikan Hamas" terhadap Israel pada 7 Oktober.
Diplomat AS mengatakan dia sebelumnya menjelaskan mengapa gencatan senjata tanpa syarat akan menjadi "berbahaya" dan meninggalkan Hamas berkuasa, mampu melancarkan serangan kembali.
"Ini adalah resep bencana bagi Israel, Palestina, dan seluruh wilayah," katanya. Gencatan senjata yang membuat Hamas tetap berkuasa juga akan menggagalkan Palestina untuk membangun masa depan yang lebih baik, tambahnya, menjelaskan posisi AS untuk mengubah atau menjatuhkan pemerintahan negara lain yang tidak sejalan dengan kepentingan AS atau sekutunya seperti Israel, dalam mewujudkan kepentingan sendiri.
Baca Juga: Dewan Keamanan Bersidang Bahas Desakan Sekjen PBB untuk Gencatan Senjata di Gaza, AS Langsung Tolak
Riyad Mansour, Pengamat Tetap Negara Pengamat Palestina, mengatakan veto AS "sangat disesalkan", dan sangat "merugikan" karena mencegah Dewan Keamanan memenuhi tanggung jawabnya melalui resolusi yang baru diadopsi dalam menghadapi krisis ini.
"Jutaan nyawa Palestina bergantung pada keputusan ini, setiap nyawa adalah suci dan patut diselamatkan," katanya, menambahkan bahwa alih-alih membiarkan Dewan Keamanan menjalankan mandatnya dengan membuat keputusan yang tegas, setelah dua bulan pembantaian dan kekejaman, "para penjahat perang diberi lebih banyak waktu untuk melanjutkan kejahatan mereka."
"Bagaimana ini bisa dibenarkan? Bagaimana seseorang bisa membenarkan pembantaian seluruh bangsa?" ucapnya.
Perwakilan Tetap Prancis, Nicolas de Rivière, mengatakan Sekretaris Jenderal PBB benar untuk memperingatkan atas tragedi kemanusiaan yang berkembang di Gaza.
"Ini sebabnya Prancis memberikan suara mendukung resolusi ini dan itulah alasan kami memohon untuk gencatan senjata kemanusiaan yang segera dan berkelanjutan," ujarnya.
"Kami tidak melihat kontradiksi antara melawan terorisme dan melindungi warga sipil, dengan mematuhi hukum kemanusiaan internasional," katanya, menambahkan "kami berharap Dewan ini akhirnya dapat mengutuk serangan Hamas dan kelompok teroris lainnya pada 7 Oktober."
"Sayangnya, sekali lagi, Dewan ini gagal. Dengan kurangnya kesatuan dan penolakan untuk sungguh-sungguh berkomitmen pada negosiasi, krisis di Gaza semakin memburuk dan berisiko meluas," katanya.
Baca Juga: Sekjen PBB Gunakan Wewenang Khusus, Ingatkan Dewan Keamanan soal Bencana Kemanusiaan di Gaza
Sumber : United Nations
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.