"Menjadi tuan rumah organisasi dimana Amerika Serikat tidak dapat dilihat berbicara dengan mereka (organisasi-organisasi tersebut) adalah bagian dari kebijakan ini."
Baca Juga: Negara-Negara Arab dan Uni Eropa Bertemu di Barcelona, Palestina Desak Perpanjangan Gencatan Senjata
Negara kaya di Teluk Arab dengan populasi asli hanya 300.000 orang itu memanfaatkan lokasi strategis dan kekayaan gas alamnya yang luar biasa untuk membangun pengaruh politik dan memproyeksikan kekuatan lunak di seluruh dunia, termasuk sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Dalam negosiasi penyanderaan Israel-Hamas, mediator Qatar, bersama dengan mediator dari Mesir dan AS, dihadapkan pada tugas membuat pihak-pihak yang berkonflik percaya pada diplomasi ketika saling percaya berada di titik nadir.
Pada akhir pekan, Hamas mengeluh Israel melanggar ketentuan gencatan senjata mereka dan mengatakan kesepakatan itu dalam bahaya.
Hanya 137 truk bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan berhasil masuk hari Jumat, hari pertama gencatan senjata, dan 187 pada hari kedua, kata Badan Pengungsi Palestina PBB UNRWA.
Israel sebelumnya berjanji mengizinkan 200 truk masuk Gaza setiap hari.
Pejabat Qatar beralih ke pertemuan tatap muka dengan pejabat Israel untuk mencoba menyelamatkan kesepakatan, menurut seorang diplomat.
Beberapa jam dengan pejabat Mossad di Tel Aviv terbukti krusial pada hari Sabtu. Tiba-tiba, kesepakatan itu kembali berjalan.
Hamas menyerahkan kelompok sandera Israel kedua mereka, dan keluarga-keluarga Palestina di Tepi Barat bersukacita atas pembebasan 39 perempuan dan remaja, sementara warga Palestina di Gaza keluar dari tempat perlindungan untuk mencari bahan bakar dan mencari anggota keluarga yang hilang.
Baca Juga: Hamas-Israel Terbuka untuk Perpanjangan Gencatan Senjata, Dukungan Bermunculan
Menteri negara Qatar untuk kerjasama internasional, Lolwah Al-Khater, menjadi pejabat asing pertama yang mengunjungi Jalur Gaza yang terkepung pada hari Minggu.
Dia menggunakan jeda dalam pertempuran untuk mengamati aliran bantuan, bertemu warga Palestina yang terluka, dan berbicara dengan Wael al-Dahdouh, kepala kantor Gaza dari Al Jazeera yang didanai oleh Qatar, yang kehilangan istri, putranya, dan cucunya dalam serangan udara Israel.
Stasiun televisi pan-Arab ini, yang punya lebih banyak kamera di Gaza daripada stasiun berita lainnya, mendominasi liputan bahasa Arab tentang perang ini.
Meskipun perbedaan mereka, baik Israel maupun Hamas punya kepentingan untuk memperpanjang ketenangan.
Meski pertanyaan yang lebih besar muncul tentang apa yang terjadi setelah perang, seorang pejabat Qatar yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas negosiasi yang sedang berlangsung mengatakan negaranya tetap fokus pada hal yang dapat segera dicapai, seperti mempertahankan gencatan senjata dan mencegah perang regional yang melibatkan patron Iran Hamas atau militan Hezbollah Lebanon.
Sejumlah pejabat tinggi berbagai negara sudah ke Doha untuk tujuan tersebut, termasuk Menlu Iran, PM Lebanon, bos Mossad dan Direktur CIA.
"Tidak ada konflik yang dimulai dan berakhir di medan perang," kata Majed al-Ansari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, kepada The Associated Press Senin (27/11).
"Sekarang, saat sandera dibebaskan dan ada jeda dalam pertempuran, kita mungkin dapat menemukan solusi."
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.