Francois Balloux dari University College London mengatakan gelombang penyakit saat ini di China kemungkinan disebabkan oleh penyakit pernapasan seperti flu, RSV, atau infeksi bakteri.
Dia mengatakan China mungkin mengalami gelombang infeksi anak-anak yang signifikan karena ini adalah musim dingin pertama sejak pembatasan lockdown dicabut, yang kemungkinan mengurangi kekebalan anak-anak terhadap infeksi umum. “Kecuali ada bukti baru yang muncul, tidak ada alasan untuk mencurigai munculnya patogen baru,” kata Balloux.
WHO menyatakan utara China melaporkan lonjakan penyakit mirip influenza sejak pertengahan Oktober dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya.
Biasanya, jarang bagi badan kesehatan PBB untuk secara terbuka meminta informasi lebih rinci dari negara-negara, karena permintaan semacam itu biasanya dilakukan secara internal.
Baca Juga: WHO Luncurkan Jaringan Global untuk Deteksi Dini Ancaman Pandemi seperti Covid-19
Wabah ini membanjiri beberapa rumah sakit di utara China, termasuk di Beijing, dan otoritas kesehatan telah meminta masyarakat untuk membawa anak-anak dengan gejala ringan ke klinik dan fasilitas lain.
Jumlah rata-rata pasien di departemen penyakit dalam di Rumah Sakit Anak Beijing mencapai lebih dari 7.000 per hari, melebihi kapasitas rumah sakit tersebut, seperti yang dilaporkan oleh China National Radio yang dimiliki negara dalam sebuah artikel online awal pekan ini.
Menanggapi hal ini, Komisi Kesehatan Nasional China, dalam sesi tanya-jawab tertulis yang diunggah daring oleh kantor berita resmi Xinhua hari Kamis (23/11) menyarankan agar anak-anak dengan gejala ringan “langsung datang fasilitas perawatan kesehatan primer atau departemen pediatrik rumah sakit umum” karena rumah sakit besar ramai dan memiliki waktu tunggu yang lama.
Komisi kesehatan mengatakan mereka memperhatikan dengan cermat tingginya kejadian penyakit menular di antara anak-anak dan “membimbing otoritas lokal untuk meningkatkan penjadwalan yang terkoordinasi dan menerapkan sistem diagnosis dan pengobatan bertingkat.”
Setelah SARS muncul di selatan China pada tahun 2002, pejabat Beijing menyuruh dokter untuk menyembunyikan pasien, dengan beberapa di antaranya dibawa keliling dengan ambulans saat ilmuwan WHO berkunjung ke negara tersebut. Hal ini mendorong WHO untuk mengancam akan menutup kantornya di China.
Hampir dua dekade kemudian, China tidak terbuka penuh dengan WHO saat berbagi detail kritis tentang coronavirus, setelah virus baru tersebut muncul pada akhir 2019. WHO secara terbuka memberi pujian kepada China atas komitmennya untuk menghentikan virus tersebut, beberapa minggu sebelum virus tersebut menyebabkan epidemi meledak di seluruh dunia.
“Sementara WHO mencari informasi tambahan ini, kami merekomendasikan agar masyarakat di China mengikuti langkah-langkah untuk mengurangi risiko penyakit pernapasan,” demikian pernyataan WHO, menyarankan masyarakat untuk divaksinasi, mengisolasi diri jika merasa sakit, menggunakan masker jika diperlukan, dan mendapatkan perawatan medis sesuai kebutuhan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.