Namun, pencarian ini semakin sulit di utara Gaza, termasuk Kota Gaza, di mana pasukan darat Israel menembaki pasukan Hamas. Ratusan ribu orang menyelamatkan diri ke selatan, dipaksa mengungsi setelah peringatan evakuasi Israel.
Di selatan, serangan udara dan tembakan Israel terus berlanjut, membuat tak ada tempat yang aman di Gaza.
Departemen Pertahanan Sipil Palestina, kekuatan utama pencarian dan penyelamatan di Gaza, telah kehilangan lebih dari dua puluh pekerja dan lebih dari 100 lainnya cedera sejak perang dimulai, kata juru bicara Mahmoud Bassal. Lebih dari setengah kendaraannya entah kehabisan bahan bakar atau rusak akibat serangan.
Di pusat Gaza, di luar zona pertempuran utara, direktur pertahanan sipil setempat sama sekali tidak punya peralatan berat yang berfungsi, termasuk buldoser dan crane.
"Kami bahkan tidak punya bahan bakar untuk menjaga buldoser satu-satunya yang kami punya agar tetap beroperasi," kata Rami Ali al-Aidei.
Baca Juga: Kisah Warga Palestina Urus Anak Yatim Piatu dan Disabilitas di Gaza: Apa Harus Dibuang di Jalan?
Setidaknya lima buldoser diperlukan hanya untuk mencari di serangkaian gedung pencakar langit yang runtuh dibom Israel di Deir al-Balah, katanya.
Hal ini berarti bahwa jenazah, dan orang-orang yang putus asa mencarinya, bukanlah fokus utama. "Kami memprioritaskan area di mana kami pikir akan menemukan orang yang selamat," kata Bassal.
Sebagai hasilnya, pencarian jenazah seringkali dilakukan oleh kerabat atau relawan seperti Bilal Abu Sama, mantan jurnalis lepas. Dia mencatat beberapa korban Deir al-Balah: 10 jenazah masih hilang di reruntuhan Masjid al-Salam; 24 jenazah hilang di rumah yang hancur; 10 yang hilang dalam serangan terhadap masjid lainnya.
"Apakah jenazah-jenazah itu akan tetap terkubur di bawah reruntuhan sampai perang berakhir? Oke, kapan perang akan berakhir?" kata Abu Sama, menggambarkan keluarga yang menggali melalui puing tanpa alat. "Jenazah-jenazah itu akan membusuk. Banyak dari mereka sudah membusuk."
Pada hari Selasa, 28 hari setelah serangan udara meratakan rumahnya, Izzel-Din al-Moghari menemukan jenazah sepupunya. Sebanyak 24 orang dari keluarga besarnya tinggal di rumah di kamp pengungsi Bureij. Semua, kecuali tiga orang, tewas. Delapan orang masih belum ditemukan.
Sebuah buldoser datang tiga hari setelah serangan untuk membersihkan jalan, lalu pergi dengan cepat ke bangunan yang runtuh lainnya. Buldoser datang lagi pada hari Selasa dan membantu menemukan jenazah sepupu al-Moghari. Al-Moghari kemudian kembali ke reruntuhan untuk mencari ayahnya dan kerabat lainnya.
"Saya tidak bisa berkata-kata," katanya. "Apa yang kami alami tidak dapat lagi dijelaskan."
Gaza telah menjadi tempat di mana banyak keluarga bahkan tidak diberi kenyamanan upacara pemakaman.
Al-Darawi, pria yang mencari sepupunya, memahami itu.
"Mereka yang menemukan jenazah adalah mereka yang beruntung," tandasnya lirih.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.